Harapan baru
Selain Marcus dan Kevin, Greysia Polii dan Apriani Rahayu juga mencuri perhatian. Pasangan ganda putri itu mampu menginjak partai final. Meski akhirnya harus puas sebagai runner-up, pasangan berbeda generasi itu sudah membuat pasangan nomor satu dunia, Chen Qingchen dan Jia Yifan harus bermain rubber-set.
Pertandingan antarkedua pasangan menjadi yang terpanjang dibanding empat partai lainnya. Laga berlangsung selama lebih dari satu jam sebelum unggulan pertama itu meraih kemenangan dengan skor akhir 21-14, 16-21 dan 15-21.
Kekalahan ini cukup disayangkan. Kurang dari sebulan Greysia/Apriyani membuat Qingchen dan Yifan tak berkutik saat bertemu di semi final France Super Series. Saat itu Greysia/Apriyani menang mudah dua game langsung 21-5 dan 21-10.
Meski begitu apresiasi tetap patut diberikan kepada Greysia dan Apriani. Keduanya mencatatkan perkembangan pesat sejak dipasangkan enam bulan lalu. Satu gelar Grand Prix Gold dan Super Series masing-masing di Thailand dan Prancis menjadi bukti. Greysia Polii tidak butuh waktu lama untuk meraih gelar super series setelah "berpisah" dengan Nitya Krishinda Maheswari.
Sebelum Greysia dan Apriani muncul, ganda putri Indonesia sepenuhnya bergantung pada Greysia dan Nitya. Greysia dan Nitya yang dipasangkan kembali pada 2013 baru bisa memanen prestasi pada 2015. Artinya mereka butuh waktu dua tahun untuk menjejaki final super series hingga meraih titel super series pertama.
Greysia dan Apriani pun menjadi harapan baru ganda putri Indonesia. Pasangan yang  mulai berduet pada Juni tahun lalu akan mengisi top 10 BWF dalam rilis resmi pada Kamis pekan depan.
Pertanyaan, mengapa Greysia dan Apriani begitu cepat melesat? Greysia yang telah berusia kepala tiga memiliki segudang pengalaman yang memungkinkannya dengan mudah menuntun dan mengeluarkan kemampuan terbaik Apriani. Selain jam terbang, Greysia cukup piawai dalam memainkan dropshot. Sementara Apriani walau baru berusia 18 tahun memiliki smash yang keras dan lincah di depan net.
Keduanya mampu berotasi secara baik dan berkomunikasi secara baik pula. Tidak hanya kualitas individu, hal penting lainnya adalah mental bertanding. Greysia mampu membuat Apriani menjadi pemain bermental baja. Keduanya pantang menyerah, apalagi menyerah kalah dengan mudah. Banyak pengalaman membuktikan, salah satu yang masih segar adalah laga semi final menghadapi pasangan China, dalam situasi tertinggal mereka tak patah arang. Sabar dan yakin untuk bangkit.
Di tengah harapan yang membuncah masih ada pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan pasangan ini. Ketahanan mental dan stamina untuk menghadapi perubahan permainan lawan serta hal-hal mendasar seperti service perlu dibereskan bila ingin bersaing di papan atas dunia. Bila segala hal berjalan lancar bukan tidak mungkin target prestasi di All England dan Asian Games tahun depan bukan sesuatu yang mustahil.