Entah mengapa generasi Melati cs sulit bersaing di level super series. Tampaknya mereka butuh pasangan yang setidaknya pernah menjadi juara super series. Mental mereka perlu digedor degan mentor yang senior.
Langkah berani
Potensi para pemain muda Indonesia tak jauh berbeda dengan negara-negara lain. Bila dihitung bibit-bibit muda Indonesia tak kalah banyak dari China sekalipun. Namun nasib para pemain muda di kedua negara itu berbanding terbalik.
Sebagai contoh, saat Gregoria Mariska kandas di Malaysia International Challenge, Gao Fangjie sukses ke perempat final China super series premier. Gao hanya lebih tua setahun dari Gregoria. Bahkan Jorji, sapaan Gregoria pernah mengalahkan Gao di semi final Kejuaraan Asia Junior 2016. Saat itu Gao kalah 21-13 dan 10-21 dari Jorji dan harus puas dengan medali perunggu. Sementara Jorji melangkah ke final sebelum kandas di tangan Chen Yufei.
Namun dalam rentang setahun prestasi Gao melesat. Pemain 19 tahun ini sudah langsung berbicara di level super series premier. Saat Jorji masih bersaing di turnamen level bawah, Gao sudah bisa menumbangkan para ratu seperti P.V Sindhu dan Carolina Marin. Sindhu yang menjadi juara bertahan dibungkam dua game langsung di perempat final dengan skor 21-11 dan 21-10. Sementara Marin, peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 mendapatkan nasib serupa Sindhu di semi final, juga dalam dua game, 21-19 dan 21-19.
Sayang Gao harus menyerahkan gelar juara kepada  Akane Yamaguchi yang mengalahkannya di final dengan skor 21-13, 21-15. Namun prestasi Gao ini mengisyaratkan bahwa China telah mendapatkan penerus Li Xuerui, Wang Shixian dan Wang Yihan. Tidak hanya rupa yang mirip, permainan Gao pun mengingatkan kita pada Li Xuerui.
Sementara Indonesia masih terus menggantung harapan pada generasi Fitriani dan Hanna Ramadini lalu Jorji untuk menjembatani jurang antargenerasi yang kini menganga lebar. Selain terus mengasah mereka dari satu kompetisi ke kompetisi lain, berani mencemplungkan mereka di turnamen level atas patut dipertimbangkan. Dalam hal ini lagi-lagi kita masih harus belajar dari China. Tidak seperti kita, mereka memiliki cara berbeda dalam "mengasuh" yang membuat pemain muda mereka bernasib jauh lebih baik dari pada kita. Bukan soal talenta, tetapi soal keberanian untuk berubah.
N.B
Hasil final #ChinaSSP 2017: