...
Kami bertarung saat bumi pertiwi bersusah hati
Kerusuhan SARA membara dan membakar Jakarta
Kami berlaga di mancanegara dengan hati duka
Duka lara nestapa sekaligus kecewa
Konsentrasi kami terbagi tak tahu nasib keluarga dan sanak saudara
Di mancanegara kami terus ditanya 'kuli tinta'
mengapa kami tetap setia membela lambang garuda di dada?
Mengapa kami mau tampil habis-habisan menjaga tegaknya Indonesia?
Ya, kenapa semangat dan cinta kami tidak sirna
Perasaan yang tak menentu itu berhasil diatasi. Mereka sukses mengalahkan Malaysia di partai final dengan skor 3-2 sekaligus kembali membawa Piala Thomas ke tanah air. Prestasi itu adalah buah pengorbanan dan perjuangan mengatasi segala kendala. Juga terjadi berkat persatuan melampaui segala perbedaan. Hari asal Kudus, Rexy dan Marlev dari Ternate, Ricky asal Bandung, Sigit dari Yogyakarta, Candra dan Indra kelahiran Cirebon, Hendrawan asal Malang, Tony dari Surabaya serta Joko dari Solo bersatu demi dan atas nama Indonesia. Begini bahasa puitis Hari:
...
Tetapi, demi berkibarnya merah putih kami tetap bertarung bak singa
Tim bulu tangkis Indonesia memang berbeda-beda dan berwarna
Kami berasal dari suku, agama dan budaya dan strata yang tidak sama
Perbedaan tak membuat kami menjadi lemah dan tak berdaya
Tetapi ,dengan kompak dan bersatu Indonesia jauh lebih perkasa
“Kemenangan itu kami dedikasikan sebagai perekat bangsa yang tengah terpecah dan terkoyak. Itulah persembahan terbaik para pebulutangkis untuk Indonesia," tegas Hari yang juga mempersembahkan gelar All England 1993, 1994, dan gelar Juara Dunia 1995 di Lausanne, Swiss itu.
Tim Piala Thomas 1998 adalah salah satu contoh. Contoh lain masih bisa diangkat seperti Ricky dan Rexy, mantan pasangan ganda putra kawakan sarat prestasi. Keduanya berasal dari suku, agama, ras dan golongan berbeda tetapi mampu bertahan selama 11 tahun. Persatuan yang mengatasi anasir primordial itu telah berbuah banyak gelar seperti juara dunia 1995 hingga medali emas Olimpiade Atalanta 1996.
Semua itu niscaya terjadi, sekali lagi, karena persatuan yang didasari penghayatan yang seutuhnya atas ideologi dan falsafah negara. Seperti kata Hari lagi:
Kami semua berbeda
tapi justru itu lah yang menyatukan
dan menjadi modal kami untuk menjadi juara
Melihat bagaimana para mantan pebulutangkis bersatu memaklumkan rasa cinta pada Merah Putih membuat sisi melankoli siapa pun pasti mencair. Kompak mengenakan kaos merah dan putih dengan tulisan besar di dada “Gue Indonesia” tidak hanya sekadar atribut tetapi telah menjadi nilai yang telah mereka buktikan selama ini.