Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Susy Susanti dan Kebangkitan Indonesia di Piala Sudirman 2017

20 Mei 2017   15:35 Diperbarui: 20 Mei 2017   15:47 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susy Susanti dan tim Indonesia bersama trofi Piala Sudirman yang direbut di Istora Senayan Jakarta, 1989/gambar dari historia.id

Sementara Denmark jauh lebih merata, karena itu tak heran saat diakumulasi menempati unggulan dua, dengan kombinasi pemain senior dan junior yang bertaji di setiap sektor, kecuali tunggal putri.

Indonesia bisa memanfaatkan titik-titik lemah para lawan, sekaligus memaksimalkan keunggulan di nomor-nomor favorit. Selain menggantung asa pada perjuangan pantang menyerah para pemain, taktik dan strategi yang dimainkan tim pelatih amat penting.

Mereka yang berdiri di pinggir lapangan akan melihat pemain mana yang paling pas diturunkan menghadapi lawan dari negara tertentu. Begitu juga mereka akan membaca peluang dan menganalisis permainan lawan di setiap pertandingan. Nantinya kelebihan dan kekurangan lawan itu akan diformulasikan dalam formasi yang diturunkan.

Seperti di laga pertama Indonesia akan menghadapi India pada 23 Mei. Sehari sebelum itu, India lebih dulu beradu dengan Denmark. Performa India saat menghadapi jagoan Eropa itu akan menjadi bahan masukan yang bisa dimanfaatkan untuk mempersiapkan diri.

Piala Sudirman edisi perdana akan selalu hangat di mata Indonesia. Itulah turnamen yang berbuah gelar pertama sekaligus satu-satunya. Selain larut dalam romantika masa silam, di balik gelar tersebut terkandung semangat yang bisa ditiru saat ini.

Edisi pertama itu jelas jauh dari pandangan mata saya. Namun berbagai peninggalan reportase dan berita lebih dari cukup untuk digerai kembali. Salah satunya adalah perjuangan Indonesia di partai final menghadapi Korea Selatan.

Istora yang katanya disesaki pendukung Indonesia nyaris menjadi lautan putus asa. Betapa tidak dua partai pertama Indonesia bertekuk lutut. Eddy Hartono/Gunawan keok di tangan Park Joo Bong/Kim Mon Soo 9-15, 15-8, 13-15. Nasib serupa berlanjut di partai kedua. Verawaty Fajrin/Yanti Kusmiati menyerah dari Hwang Hye Young/Chung Myung Hee, 12-15, 6-15.

Partai ketiga menentukan nasib Indonesia. Tunggal putri yang saat itu baru berusia 18 tahun, Susy Susanti, harus menanggung segala beban. Di game pertama beban tersebut terlihat sedemikian berat saat kandas dari Lee Young Suk, 10-12.

Di awal game kedua situasi tak juga berubah. Susy sudah tertinggal 2-10 artinya dua poin lagi Korea Selatan akan mengguratkan sejarah pertama. Pendukung Indonesia yang telah kehabisan harapan mulai mengosongkan tempat duduk. Apalagi dengan sistem pindah bola kekalahan Indonesia terlihat semakin dekat.

Namun Susy berhasil mengubah segalanya. Sebagian besar rakyat Indonesia yang hanya bisa mengikuti pertarungan tersebut melalui siaran langsung RRI mulai terbakar seiring perjuangan Susy merebut poin demi poin hingga menahan Lee Young di angka 10 kala merebut game ketiga.

Susy Susanti dan tim Indonesia bersama trofi Piala Sudirman yang direbut di Istora Senayan Jakarta, 1989/gambar dari historia.id
Susy Susanti dan tim Indonesia bersama trofi Piala Sudirman yang direbut di Istora Senayan Jakarta, 1989/gambar dari historia.id
Set ketiga benar-benar menjadi titik balik bagi Susy. Peraih medali emas Olimpiade tiga tahun kemudian di Barcelona itu membuktikan dirinya sebagai pahlawan dengan merebut set penentuan. Bahkan dengan tanpa memberi satu poin pun kepada lawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun