Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kesempatan Kedua Guardiola

16 Mei 2017   21:11 Diperbarui: 17 Mei 2017   09:16 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pep Guardiola baru saja mengucapkan pernyataan yang sendu. Pelatih Manchester City itu, mungkin setengah bersyukur, mengaku dirinya beruntung. Andaisaja situasi sekarang terjadi di tahun-tahun sebelumnya mungkin ia sudah masuk dalam kumpulan yang terbuang. Bila saja City adalah Barcelona atau Bayern Muenchen hampir pasti ia sedang berburu klub baru.

“Dalam situasi saya di sebuah klub besar, saya dipecat. Saya keluar,” tandas pelatih asal Spanyol itu.

Pengakuan Guardiola itu tampak tidak berlebihan. Bagi sebuah klub seperti Barcelona atau Muenchen, gelar hampir menjadi segalanya. Hampir tidak ada ampun bila mengakhiri musim tanpa trofi.

Sudah pasti Manchester Biru nirgelar musim ini. Nama besar Guardiola belum banyak memberikan pengaruh. Alih-alih memburu gelar Liga Primer Inggris, City yang tercecer di posisi empat berusaha menjaga diri agar tidak sampai disalip Arsenal agar bisa tampil di Liga Champions musim depan. Dua pertandingan tersisa adalah saat-saat menentukan nasib City musim depan.

Posisi terbaik yang mungkin direngkuh musim ini adalah menggeser Liverpool dan Arsenal di tempat ketiga. Pertandingan kontra West Brom dan perjalanan ke markas Watford begitu sayang untuk dilepas bila ingin mendapat tiket otomatis ke pentas Eropa.

Musim ini City dengan segala kekayaannya hanya mampu bertahan di babak 16 besar kompetisi Eropa. Setali tiga uang nasib buruk juga terjadi di pentas domestik. Selain gagal menjadi juara Liga, City juga kandas di babak semi final Piala FA dan tersisih di putaran empat Piala Liga. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari City musim ini.

Situasi Guardiola ini berbeda saat menangani Barcelona dan Muenchen. Sebelum menggantikan Manuel Pellegrini di Etihad Stadium musim panas lalu, jejak pria 46 tahun itu begitu flamboyan dan sarat prestasi. Empat tahun di Catalonia, sejak 2008 hingga 2012, pria yang pernah bermain sebagai midfielder itu, meraih total 14 gelar.

Produktivitas gelar Pep sedikit menurun setelah hijrah ke Bundesliga. Usai mengambil setahun sabatikal, Guardiola mulai petualangannya bersama Muenchen. Sejak bergabung di 2013 ia tak pernah kehilangan mahkota Liga. Dua dari tiga musim di Allianz Arena, Pep juga membersembahkan Piala Jerman. Namun pencapaian di level Eropa masih jauh panggang dari api. Die Roten selalu gagal “move on” dari babak semi final.

Kedatangannya di Inggris pun disambut antusias oleh pendukung The Citizen. Kejayaan masa lalu diharapkan bisa diarak ke Inggris. Namun asa tersebut tak semudah yang dibayangkan. Liga Primer Inggris tetap menyisahkan cerita tersendiri yang tidak bisa dipastikan akhirnya oleh seorang juru taktik hebat sekalipun.

Banyak analisa bermunculan terkait sepak terjang Guardiola di Inggris. Ada yang beranggapan bahwa atmosfer dan kultur sepak bola di Negeri Ratu Elizabeth itu tidak bisa dipeluk dengan mengandalkan formula yang menjadi senjata andalan Pep sebelumnya. Apa yang disebut “tiki taka” tidak cukup ampuh untuk “menjinakkan” persaingan. Gaya kepelatihan dan bermain Pep bukan sebentuk teks yang dengan gampang diterjemahkan dalam konteks sepak bola Inggris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun