Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kesempatan Kedua Guardiola

16 Mei 2017   21:11 Diperbarui: 17 Mei 2017   09:16 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesempatan kedua pun datang. Anugerah sekaligus pengecualian Pep yang patut dibuktikan musim depan. “Jika ini Barcelona dan Bayern, jika Anda tidak menang dan Anda keluar. Di sini saya memiliki kesempatan kedua dan saya akan mencoba melakukan lebih baik musim depan.”

Merunut Ferguson

Keberuntungan Pep musim ini tampak tak berarti bila melihat kembali riwayat pelatih tersukses dalam sejarah sepak bola. Siapa lagi kalau bukan Sir Alex Ferguson. Selama 26 tahun, bahkan lebih dari itu meski dengan status berbeda, bersama “tetangga berisik” City, Fergie menjaga stabilitasnya di Old Trafford.

Tak ada pelatih dengan riwayat melatih sebuah klub sepanjang Ferguson. Dalam rentang waktu nyaris tiga dekade pria Skotlandia itu menjadikan dirinya seperti “diktator” yang tak sanggup digoyang. Meski sejatinya banyak tantangan yang dihadapi, dan ini terkuak dalam sejumlah buku yang ditulis seperti My Autobiography yang dirilis beberapa bulan setelah pensiun pada 2013 lalu, sepintas lalu Fergie terlihat nyaman hingga hari tuanya. Bila bukan dirinya sendiri yang meminta, bisa saja di usia sekarang, 75 tahun, kita masih akan melihat Fergie berdiri di sisi lapangan sambil mengunyah permen karet kesukaan.

Meski manajemen berganti, total 49 piala sejak 1986 rupanya terlalu fenomenal mendepaknya di akhir musim yang gagal menuai satu gelar pun, apalagi menendangnya mana suka. Fergie terlalu besar untuk dibiarkan pergi.

Meski begitu pria yang ditempa dalam kehidupan yang keras di kota galangan kapal di Govan, Skotlandia itu tetaplah manusia biasa. Ketidaksempuraan juga memeluknya. Namun ada pertanyaan penting yang kerap menghantui banyak pihak, dan bisa saja mendatangkan rasa iri bagi para pelatih malang, yang hingga kini terus digali. Mengapa Ferguson bisa begitu lama di United? Bila prestasi adalah jawabannya, kita bisa cek lebih serius, atau setidaknya membaca otobiografinya, bahwa tidak sedikit kegagalan yang menyapanya.

Anita Elberse adalah salah seorang yang serius meneliti Ferguson. Profesor di Harvard Business School ini melakukan riset tentang cara Ferguson mengelola United sampai menghasilkan sebuah studi kasus pada 2011 berjudul Sir Alex Ferguson: Managing Manchester United.

Tidak sampai di situ, seperti masih tersimpan tanya dan misteri, Anita pun mengundang Fergie ke Harvard University pada Oktober 2012. Di tempat  prestisius itu Ferguson memberi kuliah di hadapan sekelompok mahasiswa MBA yang begitu antusias menyambutnya. Fergie dan United menjadi salah satu fenomena yang dipelajari dan sama menariknya seperti organisasi-ogranisasi lain yang dipelajari dalam mata kuliah Pemasaran Strategi Industri Kreatif seperti pengecer mode Burberry, raksasa operator televisi kabel  Amerika Comcast, studio Hollywood di balik waralaba komik dan film Spider-Mandan Iron Man,juga aktivitas bisnis para selebriti seperti Beyonce dan Lady Gaga.

Kepada para mahasiswa Ferguson berbagi rahasia di balik kesuksesannya bersama United. Salah satu rahasia yang bukan lagi menjadi rahasia adalah kuatnya kepemimpinan Fergie. Kepemimpinan inilah yang membuat Fergie mampu menghadapi anak-anak muda yang berbakat tetapi punya karakter berbeda dan saling bertolak belakang, termasuk tahan terhadap perubahan di jajaran manajemen.

Lantas apa istimewanya kepemimpinan Fergie? Beberapa dari antaranya diungkapkan Sir Michael Moritz, mantan jurnalis Time,penulis buku tentang Apple dan chairmanSequioa Capital, perusahaan investasi bermarkas di Silicon Valley yang berkontribusi dalam menata para raksasa seperti Apple, Google, PayPal, YoTube hingga WhatsApp membuka rahasia Ferguson.

Pria yang bergaul dengan para pendiri bisnis rintisan berusia muda, kemudian mengadopsi gaya Ferguson dalam usahanya, menemukan kekhasan Ferguson dalam membangun United tidak serta merta apalagi dengan mengandalkan para pemain mahal dari luar. Dengan penuh kesabaran, Fergie membangun dari dalam, membantu anak-anak muda berkembang, ketimbang menempatkan dirinya tak ubahnya pemimpin pasukan bayaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun