Gelar di Singapura ini menjadi gelar super series ketiga di tahun ini, salah satunya menjuarai All England. Keduanya adalah pesaing terkuat Zheng Siwei/Chen Qingchen di puncak rangking dunia. Prestasi mentereng Lu/Huang membuat keduanya menggeser posisi Ko Sung Hyun/Kim Ha Na dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir keluar dari dua besar. Kini China menguasai dua peringkat teratas.
Patut diketahui usia kedua pasangan itu masih muda, jauh lebih muda dari dua harapan Indonesia, Praveen Jordan/Debby Susanto serta Owi/Butet. Menariknya dua pasangan itu tidak menjadi besar dan membesarkan diri di satu nomor saja.
Chen Qingchen misalnya. Ia juga bermain di ganda putri berpasangan dengan Jia Yifan. Prestasi keduanya di nomor ganda putri pun mentereng: duduk di peringkat empat dunia. Dibandingkan Huang Dongping, Chen lebih dulu dikenal luas berkat prestasi luar biasa sepanjang tahun lalu.
Meski usia Chen lebih muda empat tahun dari Huang (23 tahun), belum terlambat baginya untuk menunjukkan diri sebagai jagoan bermain rangkap. Boleh dikata setelah China melahirkan Chen, secara prestasi muncul lagi Huang.
Huang, yang merayakan ulang tahun setiap 28 Februari berpasangan dengan Li Yinhui di ganda putri. Keduanya saat ini merangsek dari peringkat 12 dunia. Seperti terlihat dari rangking dunia, prestasi terbaik Huang saat ini adalah di nomor ganda campuran.
Huang mengalami kekalahan ganda di Malaysia. Selain gagal merebut gelar ganda campuran, bersama Tan Jinhua juga gagal menghentikan pasangan kejutan dari Jepang Yuki Fukushima/Sayaka Hirota  di final ganda putri.
Meski begitu Huan telah menginjak partai final di tiga super series pertama tahun ini, dan dua di antaranya menjadi juara. Catatan ini belum termasuk kesuksesan di Singapura. Bila ditambah tentu Anda semakin sepakat bahwa Huang pantas bersanding dengan Chen Qingchen sebagai penerus Zhao Yunlei, wanita perkasa yang sedang menikmati libur panjangnya.
Huang dan Chen menggelitik kita. Bila China sudah bisa mendapatkan penerus Zhao dalam waktu singkat (tentu dalam ukuran waktu setelah Zhao pensiun), mengapa rencana Indonesia untuk mengintensifkan pemain rangkap masih sebatas wacana?
Kita hanya bisa mereka alasannya sambil sabar menanti kapan PBSI benar-benar menerapkannya secara masif, terstruktur dan sistematis. Tentu tidak mudah memberi kesempatan kepada para pemain untuk bermain rangkap bila tidak memiliki dasar persiapan yang kokoh terutama soal stamina sejak dini. Yang bisa dilakukan dengan para pemain yang sudah jadi adalah membongkar pasang dengan pasangan atau sektor lain.
Namun faedah bermain rangkap tak bisa dinafikan. Selain stamina sebagai syarat sekaligus modal, kekayaan taktik dan skill bermain jelas menyata. Fariasi pukulan dan keterampilan menguasai lapangan pertandingan misalnya adalah kekayaan yang jarang dimiliki oleh pemain ganda yang hanya berkutat di satu nomor saja.