Seperti Kevin, Marcus semula menjadi pemain tungal. Lantas pemain kelahiran Jakarta 26 tahun lalu beralih ke ganda putra pada 2011. Bersama Agripina Prima Rahmanto keduanya menjadi juara di turnamen Singapura International Series.
Belum lama di Pelatnas ia memilih mundur pada 2013. Marcus kecewa karena ia dan Agripina tidak disertakan ke All England. Ganda putra yang dibawa ke Inggris justru berperingkat lebih rendah.
Keluar dari Pelatnas, Marcus berpasangan sebagai pemain profesional bersama Markis Kido. Gelar Prancis Terbuka 2013 menjadi bukti keandalan pasangan beda generasi ini. Tak tangung-tanggung pasangan Malaysia yang sedang menjadi buah bibir saat itu, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong ditumbangkan di laga final. Setahun kemudian pasangan yang sama berjaya di Indonesian Masters.
Marcus pun kembali ke pelatnas, bertepatan dengan mundurnya Selvanus Geh dari Pelatnas karena sakit. Kesempatan kedua ini kemudian membuka lembaran prestasi Marcus.
Ketiga,fisik tidak jadi halangan. Apakah fisik menentukan segalanya? Marcus/Kevin membuktikan bahwa pertanyaan tersebut tidak selalu dijawab dengan ya. Marcus lebih pendek dari Kevin. Tingginya hanya 167 cm. Coba bandingkan dengan Mads Pieler Kolding, tandem Mads Conrad-Petersen dari Denmark.
Kolding, lebih tinggi dari Petersen, yang menjulang 205 cm terbukti bisa dibekuk Marcus/Kevin di semi final All England 2017. Tentu perjuangan mengalahkan pemain jangkung, yang diasumsikan memiliki smes lebih kencang karena memiliki peluang untuk melancarkannya lebih besar serta daya jelajah yang lebih karena memiliki kaki yang lebih panjang, lebih besar.
Kevin/Marcus mampu membalikkan asumsi itu dengan mengerahkan seluruh kemampuan. Permainan yang rapi dan rotasi yang baik melengkapi teknik dan kualitas individual. Marcus yang dikenal sebagai pengawal lini belakang bisa bergerak cepat ke lini depan. Bobot pukulan Marcus bisa dilihat dari otot-ototnya yang menyembul.
Begitu pula Kevin dengan pukulan-pukulan ajaibnya, di samping smes melompat yang kencang. Bertubuh mungil justru mempermudah mobilitas Kevin baik dalam pergerakan horizontal maupun vertikal.
Semua itu tidak hadir dengan sendirinya. Tidak ada lakon Loro Jonggrang dalam perjalanan karir mereka. Malah hampir mirip kisah Sisifus yang sempat memakan rasa percaya diri dan semangat tetapi perjuangan pantang menyerah itu yang membuat mereka seperti sekarang. Tentu, pekerjaan mempertahankan gelar itu adalah babak baru yang tidak kalah menantang, jika tidak ingin mengatakan berat bagi pasangan mungil, The Minions ini.
Selamat menjadi yang terbaik, selamat berjuang Marcus/Kevin!
 N.B