Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ikut "Gerebek" Bersama KPK: Soto Pak Yusuf Jadi Sasaran

8 Maret 2017   18:59 Diperbarui: 12 Maret 2017   20:00 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak depan warung soto kuning Pak Yusuf/dokpri

Hampir setengah hari kami bersama sejak “bertemu” pemain Manchester United di Stasiun Manggarai hingga berbagi pengalaman terkait produk Danamon dan layanan Jaringa Prima, yang menjadi bagian pertama tulisan ini (selengakpnya di sini).

Melengkapi kebersamaan, kami menikmati suguhan makan siang dari Keuken Koffie. Saya memilih ayam kecombrang, alih-alih nasi goreng istimewa, rawon, spaghetti bolognese dan spaghetti aglio. Bumbu rempah dan rasa pedas menyatu dengan daging ayam yang lembut benar-benar menggoyang lidah.

Rombongan #KPKTripBogor pun diterjunkan ke  Jl. Surya Kencana. Letaknya hanya beberapa km dari Keuken Koffie namun kondisi jalanan Bogor yang terkenal macet maka perlu lebih dari 10 menit menjangkaunya. Keseruan di atas angkot membuat roda waktu seperti berputar cepat.

Bila di Keuken atau “dapur” dalam bahasa Belanda, pilihan menu terbatas , tidak demikian di kawasan  Surya Kencana. Para peserta bebas mengekplorasi kekayaan kuliner Bogor yang dijaja oleh para pedagang kaki lima. Sepanjang ruas jalan tersebut berjejer warung makan dengan aneka menu yang menggoda. Bahkan beberapa dari antaranya memiliki kekhasan yang tidak ditemukan padanannya di tempat lain. Tempat itu tak ubahnya surga bagi para penggila kuliner.

Para peserta tidak datang dengan membawa rasa penasaran dan hasrat memuaskan lidah semata. Ayudiah Respatih, food blogger dan stylish food photographer lebih dulu membekali peserta dengan sejumlah pengetahuan penting dan mendasar tentang bagaimana mengambil gambar, berbagi hasilnya hingga mengelolanya di jejaring sosial instagram. Wanita berhijab itu mengisi sesi terakhir di Keuken Koffie.

Waktu sungguh terbatas, tidak cukup bagi wanita yang juga berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini untuk menuntaskan materi menarik dan penting bertajuk “Pegang Kendali Instagram-mu”. Apalagi memuaskan rasa penasaran para peserta yang sudah berkarib dengan telepon genggam dan jejaring sosial. Meski demikian setidaknya ada beberapa poin penting yang bisa didapat.

Pertama,Ada beberapa langkah penting untuk menghasilkan gambar yang “instagramable.” Dimulai dengan memanfaatkan pencahayaan alami (natural lighting), mengambil sudut pandang (angle) yang tepat (entah eye bird view,eye level, dan sudut 45’), memasukan elemen pendukung selain objek makanan seperti tangan atau laku sedang menikmati makanan, hingga tahap pengolahan digital. Pada tahap terakhir itu bisa memanfaatkan berbagai perangkat editing seperti photoshop,Vsco, snaspseed, dan phonto.

Ayudiah Respatih, food blogger dan stylish food photographer tengah berbagi ilmu dan pengalamannya/Foto: Kevin Kevinalgeon
Ayudiah Respatih, food blogger dan stylish food photographer tengah berbagi ilmu dan pengalamannya/Foto: Kevin Kevinalgeon
Kedua,terkait pengelolaan instagram. Diawali dengan membuat profil akun yang informatif dengan status sebagai fan page sehingga mudah diikuti. Dengan kata lain tidak menjadikan status akun privatesehingga sulit diikuti apalagi diakses oleh pengguna lain.

Setelah itu mengunggah foto yang menarik, bernilai dan relevan. Menjaga komunikasi dengan follower itu perlu meski hanya sekadar membalas pertanyaan atau komentar yang tidak penting bahkan kelihatan “pahit” atau tak mengenakkan.  Hal terakhir yang tak kalah penting adalah menambah hashtag (#), bila perlu memiliki sesuatu yang bisa menjadi trendsettersendiri.

“Posting tidak harus banyak tetapi cukup di jam-jam utama (prime time) antara jam 4 hingga 6 sore,”tambah Ayudiah dalam logat Sunda yang kental.

Berbekal pengetahuan itu, saatnya berburu kuliner. Memanjakan lidah sekaligus berpraktik. Sempat melempar pandangan ke beberapa warung yang berderet di sisi jalan, saya akhirnya memilih warung makan dengan tulisan “Soto Kuning (Asli Bogor) Pak.M.Yusuf”. Beberapa meter dari situ ada pula soto kuning, namanya mirip tetapi tak sama yakni Pak Yusup (perhatikan huruf terakhir!).

Sejumlah menu yang tersaji di warung soto kuning Pak Yusup, berjarak beberapa meter dari soto kuning Pak Yusuf/Foto: Kevin Kevinalgeon
Sejumlah menu yang tersaji di warung soto kuning Pak Yusup, berjarak beberapa meter dari soto kuning Pak Yusuf/Foto: Kevin Kevinalgeon
Pria bertubuh atletis dengan kumis panjang melintang segera menyahut ketika ditanya siapa pemilik rumah makan tersebut. Tempat tersebut mengambil namanya pula. Pak Yusuf mengaku telah mengelola rumah makan tersebut sejak 1979. Sebagai generasi pertama, Pak Yusuf masih terlibat langsung dan dibantu oleh 10 karyawan. Namun semua karyawan tersebut masih bertalian darah, bahkan termasuk keluarga inti mulai dari sang istri, anak-anak hingga saudaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun