Tidak seperti anak pertama, riwayat Phil dan Julie Neville membesarkan Isabella yang lahir setahun kemudian sungguh berat. Seperti orang tua dengan anak penderita cerebral palsy (CP), begitu juga perjuangan berat mantan pemain Manchester United ini melewatkan masa 13 tahun penuh perjuangan.
CP atau lumpuh otak (selengkapya bisa baca di sini) merupakan sekelompok gangguan neurologis yang mempengaruhi gerak, keseimbangan dan postur tubuh. Penyebabnya adalah cedera otak sebelum atau selama kelahiran. Penderita CP akan melewatkan masa tumbuh kembang abnormal terutama pada kendali otot dan gerakan, atau pada sistem koordinasi dan pergerakan tubuh.
Isabell lahir sepuluh minggu sebelum waktu sebenarnya. Diagosis medis, sang bayi menderita stroke dalam rahim sehingga perlu bantuan untuk pernapasan dan memompa darah ke jantung dan paru-parunya yang rapuh. Tujuannya demi menjaga harapan hidup yang secara medis hanya lima persen.
Julie tak menyangka akan terjadi seperti ini. Hingga usia kehamilan 27 minggu segalanya berjalan normal, seperti saat mengandung Harvey sebelumnya. Namun tepat di usia 28 minggu, Julie terbangun pukul 05.00 pagi. Selangkangannya basah.
Saat itu Phil sedang membela Manchester United di luar negeri. Julie segera menghubungi kerabat untuk bergegas membawanya ke rumah sakit. Mengetahui kondisi sang istri, Phil pun meminta izin khusus dari manajer tim saat itu, Sir Ale Ferguson untuk terbang pulang.
Dua minggu berselang operasi caesar harus diambil. Tubuh mungil seberat 3 pon (1 poin: 0,45 kg) dan 3 ons dengan tinju sebesar kuku orang dewasa itu mengepal kesakitan. Mata mungil terpejam rapat. Dada kecil naik turun secara tak teratur. Selang silang menyilang di perut mengalirkan obat-obatan untuk menjaga organ dan anggota tubuhnya tetap bekerja.
"Saya tidak siap untuk melihatnya. Dia begitu kecil dan kulitnya tampak tembus,” ungkap Julie.
Julia hanya bisa menatap sang putri yang tak berdaya dari balik inkubator rumah sakit. Tak banyak yang bisa ia lakukan dalam kondisi tubuhnya yang sangat lelah dan sedikit trauma. Dokter sama sekali tak mengijinkanya meninggalkan tempat tidurnya.
Sambil menangis, Ia mengangkat matanya ke langit-langit dan tenggelam dalam doa.Ia memohon campur tangan Sang Ilahi untuk sang putri yang berada di ujung maut.
Di dekatnya seorang perawat sedang mencari-cari bagian tubuh yang masih mungkin ditancapkan jarung suntik. Julie berpaling padanya dan bertanya, “Bagaimana Anda bisa melakukan pekerjaan ini?”
“Saya dulu bekerja di sebuah bangsal perawatan intensif orang dewasa sebelum datang ke sini. Jika bayi-bayi ini adalah orang dewasa, mereka akan menyerah sekarang. Tetapi bayi akan terus berjuang. Mereka tidak pernah menyerah,” demikian jawaban yang Julie peroleh.
Kata-kata sang perawat itu terbukti 13 tahun kemudian. Isabell yang dulu ringkih dan tak berdaya perlahan tetapi pasti tumbuh menjadi remaja yang bahagia dan percaya diri. Tidak hanya berjalan, berlari, menari dan bisa berolahraga, remaja itu terlihat cantik dan modis. Mata hijau, berkulit alabaster, dengan rambut coklat yang menjuntai panjang. Satu impian lainnya baru saja menjadi nyata. Digandeng salah satu agen model top.
Yang terjadi pada Isabelle sekarang adalah hasil perjalanan panjang yang dialuinya, di bawah pendampingan dan kerja keras Phil dan sang istri. Saat berusia lima minggu Isabella membaik. Ia cukup kuat untuk mengambil botol. Seminggu berselang Isabella diizinkan pulang.
Kegembiraan Julie dan Phil segera berubah menjadi ketakutan saat menyadari putrinya tidak berkembang. Putrinya tidak juga bisa duduk. Tersedak saat makan bubur dan muntah 15 atau 20 kali sehari. Selain itu, air liur menggenangi mulut bagian kiri dan terus menetes.
“Aku tahu ada sesuatu yang tidak benar,"tandas Julie. Benar, tepat di usia 18 bulan, setelah melewati berbagai pemeriksaan, Isabella divonis menderita CP, yang menerjang 200 bayi di Inggris setiap tahun.
Sejak itu, Phil dan istrinya harus berani menerima kenyataan bahwa san putri tiak akan bisa berjalan, berbicara dan menjalani hidup secara normal. Para penderita CP akan mengalami kesulitan belajar, mengalami masalah pendengaran dan ketidakmampuan untuk menelan makanan.
"Saya ingat saat itu duduk di atas tangga dan menangis. " kata Julie.
Pukulan itu begitu hebat. “Saya menangis sampai tertidur. Saya terbangun di hari berikutnya. Kemudian saya sadar bahwa saya harus berhenti.”
Berbagai cara pun diambil. Beberapa mainan diletakan di salah satu pojok ruangan untuk memancing Isabella berjalan. Beberapa bulan kemudian mereka menyulan garasi menjadi area bermain.
Setiap hari Julie menghabiskan beberapa jam untuk melatih sang putri berdiri dan menggunakan kakinya. Berbagai usaha itu akhirnya berhasil.
"Tiga tahun dan tiga bulan ia mengambil langkah pertama. Langkah-langkah menandai dimulainya sisa hidup kami,"ungkap Julie.
Saat ini Isabelle memang masih mengalami kesulitan begerak sehingga perlu bantuan alat. Alat yang terbuat dari plastik itu selalu melekat dengannya untuk membantunya bergerak. Saat pemotretan alat tersebut bisa dicopot sementara. Tanpa bantuan alat tersebut ia berjuang untuk beraksi di depan kamera. Dengan percaya diri ia beraksi sesuai instruksi fotografer. Tangan di pinggul, dan menyibak roknya dengan sikap tenang yang elegan.
Ia tidak digandeng agen beken itu sebagai model cacat. Sekali lagi bukan. Ia adalah model pertama yang berbadan kurang sehat yang namanya sudah tercatat dalam sejarah.
"Saya tidak pernah berpikir saya akan melihat hari ini," ungkap Julie haru.
“Isabella telah melampaui segala sesuatu yang kita pikir dia tidak akan melakukannya. Saya sangat bersemangat untuk melihat dia mencapai mimpinya. Setelah apa yang dia lalui, dia layak mendapatkan setiap menit ini. Dia mendapatkannya."
Selain menjadi model, Isabella juga bisa belajar seperti remaja normal lainnya. Ia menjadi mahasiswi di salah satu sekolah swasta Inggris di Valencia. Di tempat itu, ia tumbuh cerdas dan bersaing dengan teman-temannya di cabang olahraga seperti lari dan renang. Meski tersedia lift, ia lebih memilih menggunakan tangga seperti teman-temannya.
Seperti ditanamkan orang tuanya, Isabella pun memegang teguh prinsip berjuang menggapai segala sesuatu. “Saya suka mencoba segalanya. Jika mereka bisa melakukannya, saya bisa melakukannya juga."
Sejak 2005 Neville memboyong kelurganya dari Manchester ke Valencia setelah ditawari pekerjaan di sebuah akademi sepak bola bergengsi di sana. Selain menjadi pelatih, Phil juga menjadi pembawa acara di televisi.
Sementara Julie mengelola sebuah toko makanan sebelum pindah ke Spanyol. Saat ini ia menghabiskan hari-harinya merawat anak-anak dan terlibat dalam kegiatan amal. Phil pun diangkat menjadi duta organisasi karitatif, Bliss, yang memberikan pelayanan kepada orang tua dan bayi-bayi abnormal di Inggris.
Saat ini Isabella sedang menjemput impian lain. Beradu lari dengan penderita CP lainnya, dan bisa leluasa mengenakan aneka sepatu yang disukai sehingga tampak lebih feminim. Hanya bisa mengenakan satu jenis alas kaki sesuai alat bantu split yang telah menemaninya selama bertahun-tahun sungguh tak mengenakkan.
N.B
Kisah ini diolah dari www.dailymail.co.uk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H