Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menimbang Calon Pengganti Ranieri di Kursi Panas Leicester

26 Februari 2017   17:37 Diperbarui: 27 Februari 2017   04:00 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roy Hodgson dan Nigel Pearson (kanan)/BBC.com

Salah satu keunggulan Hiddink adalah kemampuannya menciptakan ruang ganti yang harmonis dengan menjaga interkasi yang hangat sebelum, selama dan setelah pertandingan berlangsung. Bahkan mantan pelatih Real Madrid ini mampu menenangkan ruang ganti bermasalah seperti yang dilakukannya di Chelsea pada 2009. Hasilnya adalah Piala FA, dan semi final Liga Champions.

Meski kaya pengalaman kepelatihan, Hiddink sepertinya belum terbiasa, untuk mengatakan memilii pengalaman, membangunkan kembali tim yang benar-benar tengah terpuruk seperti Leicester di zona merah.

Mungkin saja mantan pelatih timnas Inggris, Roy Hodgson menjadi pilihan tepat. Tantangan berat pertama adalah merebut hati fans Leicester yang telah jatuh cinta dengan Ranieri. Ditambah lagi masyarakat Inggris belum benar-benar melupakan nasib naas tim nasional mereka di Euro 2016 lalu yang membuat Roy akhirnya memilih mundur.

Tetapi ada hal penting yang patut diingat. Dibanding para pelatih yang disebutkan sebelumnya, dan mungkin beberapa nama lagi, Roy punya pengalaman menghadapi tim dengan situasi seperti Leicester.

Itu terjadi saat membesut Fulham. Roy ditunjuk pada Desember 2007, saat tim tersebut bertengger di urutan ke-18, berjarak dua poin dari zona nyaman sebagai hasil dari dua kemenangan yang berhasil diraih. Selain menyelamatkan klub tersebut, Ia juga sukses mengangkatnya ke level Eropa. Tampil di final Liga Europa tak lama setelah bangun dari keterpurukan.

Roy adalah sosok berpengalaman dan tidak kurang pula rasa percaya dirinya. Mungkin saja kedua hal itu menjadi formula yang pas untuk Leicester.

Roy Hodgson dan Nigel Pearson (kanan)/BBC.com
Roy Hodgson dan Nigel Pearson (kanan)/BBC.com
Masih ada beberapa kandidat lain yang patut disebut. Ada Frank de Boer yang lebih dulu mengalami nasib serupa Ranieri setelah menduduki kursi pelatih Inter Milan selama 85 hari. Pria Belanda itu pernah punya pengalaman melatih klub Belanda Ajax Amsterdam setelah sebelumnya malang melintang di sejumlah klub, salah satunya raksasa La Liga, Barcelona.

Selain itu pelatih bernama lengkap Franciscus de Boer pernah mengutarakan keinginannya untuk berkarir di Inggris, salah satu kompetisi yang belum pernah dijamahnya. Namun ada informasi bahwa Leicester City bukanlah tim yang ia bidik.

Seperti de Boer, begitu juga Alan Pardew. Ia dipecat Crystal Palace pada Desember lalu setelah mengalami situasi yang sama seperti Ranieri.

Berbeda dengan  de Boer dan Pardew sebagai “orang luar”, pemilik Leicester bisa membidik beberapa “orang dalam” yang memiliki pengalaman dengan klub tersebut. Martin O'Neill, pelatih Irlandia memiliki kenangan manis bersama Leicester sejak 1995 hingga 2002. Selama masa itu, pria yang kini berusia 64 tahun itu pernah membawa Leicester merasakan kompetisi tertinggi di Negeri Ratu Elizabeth dan dua kali memenangkan Piala Liga.

Bila kembali ke King Power Stadium ia bakal disambut sebagai pahlawan. Pengalaman masa lalu amat membantunya mengendalikan ruang ganti dengan dukungan penuh dari luar lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun