Djarum Kudus kembali menghadapi Musica Champions di final kejuaraan beregu Superliga Badminton 2017. Pertarungan ini adalah partai ulangan edisi sebelumnya, dua tahun lalu di GOR Lila Bhuana, Denpasar, Bali. Saat itu Musica menang 3-2 setelah melewati pertarungan ketat di lima partai.
Sekadar kilas balik, di Bali saat itu Jonathan Christie manjadi penentu setelah menumbangkan Ihsan Maulana Mustofa yang juga pernah dihadapi sebelumnya di fase grup. Musica lebih dulu kehilangan partai pertama, usai pemain senior Simon Santoso tak kuasa meladeni perlawanan Son Wan Ho dari Korea Selatan.
Di partai kedua pasangan gado-gado Lee Yong Dae/Fajar Alfian berhasil menyamakan kedudukan. Lee yang kini telah pensiun dari tim nasional dan Fajar menang atas Mohammad Ahsan/Berry Angriawan usai melewatkan tiga game selama lebih dari satu jam.
Pemain Korea Selatan lainnya Lee Hyun-il membawa Musica unggul berkat kemenangan mudah atas Dionysius Hayom Rumbaka. Kedua tim pun sama kuat setelah ganda Marcus Fernaldi Gideon/Wahyu Nayaka Arya menyerah di tangan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Fran Kurniawan dari Djarum Kudus.
Kali ini komposisi pemain di kedua kubu sedikit berubah karena alasan pensiun atau pindah klub. Di kubu Djarum beberapa pemain utama masih bertahan seperti Son Wan Ho, Mohammad Ahsan, Kevin Sanjaya Sukamuljo, Praveen Jordan dan Berry Angriawan. Sementara di Musica masih ada nama Chou Tien Chen (Taiwan) dan Jonatan Christie di nomor tunggal, serta Lee Yong Dae (Korea Selatan) dan Vladimir Ivanov di sektor ganda.
Melihat kekuatan kedua kubu bisa dikata laga ulangan ini menjadi final ideal. Selain nama-nama di atas amunisi kedua tim masih ditambah lagi beberapa pemain top seperti ganda putra Korea Selatan Shin Baek-cheol dan Ko Sung-hyun di tim Djarum, dan Kim Sa-rang asal Korea Selatan serta Marc Zwiebler dari Jerman. Laga final ini benar-benar klimaks, tak ubahnya pertarungan antarpemain bintang.
Sebelum final digelar, belum ada satu prediksipun yang dipastikan kebenarannya. Kedua tim sama-sama memiliki kans juara. Grafik penampilan kedua tim pun menanjak, tidak hanya dilihat dari hasil akhir juga performa para pemain.
Di babak semi final, Djarum berhasil menggulung Mutiara Cardinal Bandung dengan skor 3-1. Son Wan Ho dan ganda putra Mohammad Ahsan/Kevin Sanjaya lebih dulu membuka keunggulan, meski gagal disempurnakan Ihsan Maulana Mustofa di partai ketiga. Son menang mudah atas Chong Wei Feng, 21014 21-14, begitu juga Ahsan/Kevin yang tanpa kesulitan meladeni Hardianto/Ricky Karanda hanya dalam 35 menit dengan skor 21-14 dan 21-19.
Kekalahan Ihsan dari rekan sepelatnas Firman Abdul Kholik, 17-21 dan 11-21 akhirnya berhasil ditebus oleh Ko Sung Hyun/Shin Baek Cheol, sekaligus memastikan tiket final bagi Djarum Kudus. Juara dunia 2014 itu bukan lawan sepadan Althof Baariq/Reinard Dhanriano yang harus menyerah straight set 21-11 dan 21-17.
Berkat Abadi, tim asal Banjarmasih, Kalimantan Selatan diperkuat Tommy Sugiarto, Angga Pratama, Rian Agung Saputro yang berpadu dengan para pemain senior seperti Hendra Setiawan dan Yoo Yeon-seong asal Korea Selatan.
Namun mereka harus mengakui keunggulan Musica berkat sumbangan poin Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Jonatan Christie dan Kim Sa Rang/Lee Yong Dae. Fajar/Rian menang atas Angga/Rian Agung, 21-14 14-2121-19 dalam tempo satu jam; Jonatan membekuk Krisna Adi Nugraha, 21-16 21-12; sementara Kim/Lee menggulung Hendra Setiawan/Yoo Yeon-seong, 21-15 21-17. Satu-satunya poin Berkat Abadi disumbangkan Tommy Sugiarto di partai pertama, menang atas Chou Tien Chen, 21-18 12-21 dan 13-21.
Djarum pun memiliki alasan dan motivasi kuat jelang laga final ini. Salah satunya adalah balas dendam atas kekalahan di final sebelumnya demi gelar perdana dari turnamen yang dimulai sejak 2007 silam. Hal tersebut tegas dikatakan Fung Permadi, manajer Djarum Kudus kepada djarumbadminton.com.
"Motivasi di final nanti tentunya kami ingin menuntaskan misi kami untuk bisa juara Djarum Superliga tahun ini.”
Selain bekal semangat, Fung, dan tentu saja pihak Musica, mengaku sudah sama-sama tahu peta kekuatan lawan. Pernah bertemu di tahun-tahun sebelumnya, dan lebih utama lagi, perjalanan sejak fase penyisihan telah memberikan gambaran yang cukup tentang kelebihan dan kekurangan di setiap tim.
Kedua tim memiliki waktu istirahat sehari. Sambil berbagi kesempatan dengan pertandingan final putri, sehari ini menjadi kesempatan berharga mempersiapkan diri baik secara tim maupun perorangan. Menyusun strategi di satu sisi, serta pemulihan (recovery) stamina bagi para pemain di sisi lain, sebelum bertempur di laga pamungkas. Seperti kata Fung, apapun bisa terjadi nanti, karena itu perlu mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan mempertimbangkan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi. Sungguh situasi ini membuat kami, para penonton semakin tak sabar untuk final ideal ini!
N.B
Laga final beregu putra berlangsung Minggu (26/2) pukul 13.00 WIB. Sementara perebutan posisi ketiga dan keempat dijadwalkan (Sabtu, 25/2), pukul 16.00 WIB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H