Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Politik Sepak Bola Joko Widodo

10 Februari 2017   20:09 Diperbarui: 10 Februari 2017   20:42 4047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila diperinci lebih jauh, masih sangat panjang betapa besar pengaruh olahraga di dunia. Secara pribadi ia bisa mengubah nasib seseorang tidak hanya secara finansial juga politis. Seorang Harry Haft bisa lolos dari kamp konsentrasi Auschwitz karena tinju. Bila bukan karena tinju, seperti dituturkan Reinhard Kleist dalam novel grafisnya berjudul Sang Petinju (2015), Harry bakal tinggal nama seperti sanak saudaranya di Polandia.

Aprilia S Manganang adalah andalan tim voli Indonesia dan Jakarta Electric PLN/liputan6.com
Aprilia S Manganang adalah andalan tim voli Indonesia dan Jakarta Electric PLN/liputan6.com
Bola di mata Jokowi

Belum berapa lama kita mendapatkan aksi nyentrik dan menghibur Joko Widodo di stadion sepak bola di Sleman, Yogyakarta. Saat membuka turnamen Piala Presiden, orang nomor satu di negeri ini terlihat begitu ceria dan bersemangat. Ia sangat menikmati pertandingan dan larut dalam euforia seperti para penonton. Kegembiraan itu semakin jelas terlihat dari peredaran rekaman video atau vlog yang diunggah di jejaring facebook dan kemudian beredar luas di jejaring sosial.

Potongan-potangan rekaman itu mendatangkan beragam tanggapan. Sebagian besar terhibur, seperti halnya Jokowi di pertandingan itu, melihat orang penting di negeri ini bisa tersenyum lebar. Di tengah situasi masyarakat yang tengah terpolarisasi karena sejumlah isu primordial dan sentimen sektarian, kegembiraan yang dipancarkan sang pemimpin serentak memberikan ketenangan dan keteduhan bagi masyarakat. Kalangan yang merasa terganggu dengan aksi saling tuduh, hujat, serang, dan menjatuhkan, mendapatkan penawar. Dan apa yang ditunjukkan Jokowi menggaransi situasi batinnya yang tetap bersemangat menahkodai republik ini tanpa terpancing apalagi termakan rupa-rupa sentimen itu.

Lebih dari itu, cara Jokowi turun langsung ke lapangan, seperti halnya para pendahulunya, menggambarkan pendekatan kerakyatan yang khas. Tidak hanya menyapu dikotomi vertikal karena status dan pangkat, juga menjadi sebentuk keteladanan untuk merayakan serba perbedaan. Seperti dikatakan di atas, arena pertandingan adalah kawah yang meleburkan segala.

Bukan ini saja metode pendekatan kerakyatan ala Jokowi. Selain olahraga, Jokowi juga memanfaatkan kesempatan makan bersama untuk merangkul yang sedang berselisih, menyelesaikan masalah yang tengah mengemuka, hingga menawarkan solusi dan kebijakan yang bisa saja mendatangkan pertentangan bila disampaikan melalui mimbar. Siapa saja, bahkan beberapa dari kalangan yang sebelumnya nyaris tak bisa menyentuh pagar istana, dipanggil dan dirangkul dalam satu perjamuan. Bagi Jokowi meja makan adalah juga tempat berdiskusi, mencurahkan isi hati, mencairkan suasana dan menemukan solusi. Termasuk untuk soal-soal  genting bisa cair melalui makan bersama. Masih ingat kan beberapa politisi atau tokoh berpengaruh pernah diundang makan bersama Jokowi di Istana saat tensi bangsa sedang tinggi?

Hari-hari ini seiring waktu pemungutan suara gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta semakin mendekat, situasi bangsa semakin tak menentu. Segala lini mulai dari dunia nyata hingga dunia maya sarat pertarungan. Antara sedih, prihatin, tegang dan takut di satu sisi serta geli dan lucu di sisi lain, mengisi sanubari masyarakat Indonesia umumnya dan Jakarta khususnya.

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, mengisi Hari Pers Nasional (HPN) kali ini, Jokowi malah mengajak para pembantunya, mulai dari menteri, panglima TNI hingga Kapolri terjun ke lapangan futsal. Segala formalitas dan basa basi ditanggalkan, selanjutnya dengan berpakaian olahraga menjajal kekuatan para wartawan istana. Di salah satu lapangan futsal di Kelapa Gading, Jakarta Utara, mereka bekerja sama memperebutkan satu bola dan berusaha memasukan bola tersebut ke gawang lawan.

Jokowi sedang beraksi di lapangan futsal/tribunnews.com
Jokowi sedang beraksi di lapangan futsal/tribunnews.com
Jokowi, entah apa reaksi Anda ketika melihatnya berkostum sepak bola, hanya sanggup bermain tujuh menit. Namun 210 detik itu mengirim banyak pesan. Ketika mimbar, ruang pertemuan dan layar televisi disarati ketegangan, dan lini-lini sosial media tak lebih dari panggung sandiwara, lapangan futsal menjadi tempat penghiburan yang otentik. Ruang pelepas segala tekanan dan beban.

Tidak hanya para petinggi negara yang diajak bersantai, keikutsertaan wartawan-dan pas di hari khususnya-juga dimaksudkan untuk mencairkan suasana. Tidak hanya para petinggai negara yang diharapkan mampu mendapatkan energi dan kesegaran baru, para wartawan pun bisa memainkan peran untuk memecah aneka kebekuan dan ketegangan dengan informasi dan pemberitaan yang benar-benar berimbang, mencerahkan dan meneduhkan. Aura baru dari lapangan futsal itu diharapkan menghinggapi para petinggi negara, tersalurkan secara paripurna melalui media kepada seluruh rakyat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun