Tidak hanya Lin Dan yang bisa menguasai puncak bulu tangkis dunia. Taufik dan Peter Gade juga pernah berada di urutan teratas. Taufik baru bisa berada di puncak pada tahun 2000, tiga tahun setelah Gade merasakannya. Tidak hanya di tingkat dunia, di level Eropa, sejak 1998 hingga 2010 Gade adalah penguasanya.
Meski Lin Dan paling lama menyandang status pemain tunggal putra nomor satu, Chong Wei-yang saat ini masih di puncak dunia-pernah menjadi nomor satu selama 199 pekan secara beruntun sejak 21 Agustus 2008 hingga 14 Juni 2012. Sementara di arena Asian Games, Taufik paling superior dari ketiganya karena berhasil menggondol tiga medali emas.
Paparan singkat di atas adalah bagian dari jejak prestasi yang diukir dari persaingan di antara mereka. Dari lapangan sebagai lawan hubungan mereka kemudian berlanjut ke luar lapangan sebagai sahabat.
Kedekatan relasi mereka saat ini tidak hanya memantik rasa kagum, serentak mengundang rasa rindu. Kapan pencinta bulu tangkis dunia kembali mendapatkan tontonan menarik dari para pemain hebat seperti mereka?
Saat ini dan mungkin sampai satu atau dua tahun mendatang kita masih bisa menyaksikan Lin Dan dan Chong Wei bersaing di senja karir mereka. Namun setelah itu, siapa saja yang akan mengisi panggung bulu tangkis dunia?
Tidak mudah memang menjawab pertanyaan ini. Masih bercokolnya Lee di puncak dunia menunjukkan bahwa belum ada generasi baru yang benar-benar istimewa bisa menggusur para pemain senior seperti Lee, Lin Dan bahkan Jan O Jorgensen dari Denmark. Di sisi lain keempat pemain itu, begitu juga pebulu tangkis legendaris lainnya, seperti terlahir dengan anugerah istimewa.
Saat acara Yonex The Legend's Vision, di Jakarta, Senin (17/8) tahun lalu yang juga dihadiri Taufik, Peter Gade, minus Lin Dan, Lee berkata bahwa dirinya perlu berjuang keras untuk mempersiapkan diri. Ia tahu bahwa dalam setiap turnamen hanya ada satu juara sehingga persiapan yang matang dan perjuangan selama pertandingan adalah harga mati.
Selain butuh kedisiplinan ekstra, patut diakui bulu tangkis dunia saat ini memang sedang krisis bibit-bibit istimewa. Tidak hanya Indonesia setelah era Taufik, Tiongkok, Malaysia dan Denmark juga merasakan hal yang sama. Belum ada penerus dengan bakat dan kemampuan seperti Lin Dan, Peter Gade dan Chong Wei.
"Semua orang tidak tahu betapa sulitnya untuk berada di atas dalam waktu yang lama. Mungkin untuk memenangkan satu atau dua turnamen mudah, tetapi sulit untuk melakukannya secara konsisten,” ungkap Lee kepada Berita Harian (Jumat, 3 Februari 2017, seperti dikutip dari Djarumbadminton.com.
Tentang bulu tangkis Malaysia, Lee memiliki kesaksian betapa susahnya negara tersebut mencari penerusnya. "Semua pemain muda yang ada di kita sekarang masih jauh tertinggal di belakang saya, malah untuk menyaingi saya ketika latihan pun tidak bisa."