Bongkar pasang ganda putra Pelatnas PBSI mulai berbuah manis. Setelah Mohammad Ahsan/Rian Agung Saputro berjaya di China International Challenge pekan lalu, pasangan baru lainnya, Berry Angriawan/Hardianto Hardianto menjadi yang terbaik di Malaysia Masters Grand Prix Gold, Minggu (22/1) siang WIB.
Sebelum keduanya berpasangan, Berry adalah tandem Rian Agung, sementara Hardianto berduet dengan sesama pemain muda Kenas Adi Haryanto. Perubahan komposisi ini tidak lepas dari mundurnya Hendra Setiawan yang merupakan partner sejati Ahsan pada 1 Desember tahun lalu. Sejak awal tahun ini Hendra memilih jalur profesional bersama pemain senior Malaysia Taan Boon Heong.
Tangan dingin Herry Imam Pierngadi dan Aryono Miranat yang masih dipercayakan menangani para pemain senior di kepengurusan PP PBSI mulai menampakan hasil. Mengacu pada hasil baik di turnamen perdana, rupanya Ahsan lebih berjodoh dengan Rian, begitu juga Berry dan Hardianto. Pilihan kepala pelatih dan asisten pelatih ganda putra utama itu memberikan harapan bagi masa depan sektor ini. Tidak lupa pula Thomas Indratjaja,kepala pelatih ganda putra pratama yang berperan mendampingi kedua pasangan baru itu di turnamen perdana mereka. Proficiat coaches!
Terlepas dari peran para pelatih, penampilan para pemain di lapangan menunjukkantanda-tanda positif. Seperti Ahsan/Rian di China International Challenge, Berry/Hardianto pun menunjukkan semangat dan mental bertanding yang baik.
Hal ini bisa dilihat pada perjuangan mereka selama turnamen. Ahsan/Rian yang melangkah sejak babak kualifikasi tak terkalahkan hingga 16 besar Malaysia Masters. Andai saja Ahsan tak mengalami cedera pinggang, keduanya akan terlibat perang saudara sengit dengan Berry/Hardi. Pasangan yang disebutkan terakhir mampu membuktikan kapasitanya meski mendapat tiket gratis ke perempat final dengan mengatasi lawan-lawannya hingga meraih gelar juara.
Berry/Rian berhasil menjaga tren positif di set kedua. Sempat imbang 3-3, pasangan ini berhasil memimpin 8-7. Selanjutnya laju kedua pasangan tak bisa dibendung dengan selisih poin cukup jauh. Sempat berada dalam kedudukan 15-10, Berry/Rian lantas menambah jarak menjadi tujuh poin, 18-11. Harapan Merah Putih ini sempat kehilangan satu poin sebelum menutup pertandingan selama 44 menit dengan skor akhir 21-12.
Dengan tanpa mengabaikan Berry, Hardianto patut diacungi jempol. Permainan pemain kelahiran Cilacap, Jawa Tengah 23 tahun silam tampil baik, baik di depan maupun di lini belakang. Meski demikian kedua pasangan ini tetap memiliki pekerjaan rumah untuk terus mengasah penampilan terutama di awal-awal pertandingan. Lambat panas terbaca jelas dari pertandingan ini.
Kemenangan ini menjadi kado bagi debut keduanya, sekaligus gelar grand prix pertama bagi Indonesia di tahun ini. Di samping itu menjaga muka Indonesia di turnamen level tiga ini. Dari lima wakil yang tampil di semi final, Indonesia hanya mampu meloloskan satu wakil.
Kemenangan Berry/Hardianto mengingatkan kita pada Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo. Marcus/Kevin adalah juara tahun lalu di ajang tersebut, juga seusai mengalahkan wakil tuan rumah. Saat itu pasangan rangking dua dunia ini menang rubber set atas pasangan senior Negeri Jiran Koo Kean Keat/Tan Boon Heong dengan skor 18-21, 21-13, 21-18.
Itu adalah gelar pertama Marcus/Kevin, juga perdana bagi Merah Putih, yang kemudian mengantar mereka ke podium tertinggi di India, Australia dan Tiongkok dan kini bercokol di urutan dua dunia. Semoga jejak langkah Marcus/Kevin bisa diikuti Berry/Hardianto!
Turnamen yang belangsung di Sibu, Sarawak ini sekaligus menjadi debut bagi pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Gloria Emanuelle Widjaja. Meyakinkan sejak langkah pertama, unggulan ini akhirnya tersandung di semi final.
Adalah pasangan non unggulan tuan rumah Goh Soon Huat/Shevon Jemie La menjegal langkah pasangan senior-junior Merah Putih ini. Lim/Yap menang straight set dalam tempo 41 menit dengan skor 21-17 21-18.
Asisten pelatih ganda campuran, Vita Marissa, yang mendapingi Owi/Gloria memberikan evaluasi penting. Gloria masih terlihat tegang berpasangan dengan Owi yang sudah berpengalaman (Kompas,22 Januari hal.8). Wanita kealahiran Bekasi 28 Desember 1993 itu berusaha memberikan permainan terbaik yang justru memerangkapnya sendiri.
Seperti dikatakan Vita yang pernah berbasangan dengan Liliyana “Butet” Natsir, Flandy Limpele dan Nova Widhianto, Owi masih belajar menjadi pemimpin setelah lepas dari bayang-bayang Butet. Sejak Owi berpasangan dengan Butet peran pemimpin sepenuhnya di tangan Butet yang lebih senior dan berpengalaman.
Owi harus mulai memainkan tugas tersebut untuk membimbing dan menaikkan level permainan para pemain muda. Meski masih akan berpasangan dengan Butet di sejumlah kejuaraan besar tahun ini seperti All England, kejuaraan beregu campuran Piala Sudirman, dan Kejuaraan Dunia, Owi harus mulai menyiapkan diri untuk menjadi pembimbing selama Butet menjalani pemulihan cedera, dan terlebih lagi setelah tandemnya itu gantung raket.
Terlepas dari kekurangan ini, secara umum penampilan mereka tidak mengecewakan. Hasil baik untuk pasangan baru. Seperti dikatakan Vita, “Memulai hal yang baru memang tak mudah.”
Setelah ini Owi/Gloria dijadwalkan akan turun di Thailand Masters, 7-12 Februari mendatang. Berharap peran kepemimpinan Owi mulai terlihat dan Gloria perlahan-lahan keluar dari ketegangan.
Kemenangan Berry/Hardianto sekaligus membuat Malaysia gagal merebut dua gelar setelah sebelumnya merebut nomor ganda campuran melalui Kian Meng Tan/Pei Jing Lai. Kian/Pei yang menjadi unggulan kedua memenangkan perang saudara atas “pembunuh” Owi/Butet di semi final, Goh Soon Huat/Shevon Jemie Lai, 21-17 21-9.
Begitu juga Thailand yang meloloskan dua wakil dari babak semi final gagal mendominasi perolehan gelar. Diawali Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai yang merebut nomor ganda putri setelah menang mudah atas Poon Lok Yan/Tse Ying Suet, 21-17 21-9. Keberhasilan unggulan pertama itu tak berlanjut di partai terakhir nomor tunggal putri. Pornpawee Chochuwong harus mengakui keunggulan unggulan teratas dari India Saina Nehwal. Namun laga keduanya berlangsung sengit nyaris 50 menit dengan skor akhir 22-20 dan 22-20.
Tunggal putra Taiwan, NG Ka Long Angus akhirnya menegaskan dominasinya di turnamen ini.Unggulan pertama ini berhasil menjadi kampiun setelah pemain gaek 36 tahun dari Korea Selatan Lee Hyun Ill mundur di game ketiga dalam kedudukkan 10-9 setelah mencatatkan hasil imbang 14-21 21-15. Lee mundur akibat cedera pada mata kiri terkena kibasan raketnya sendiri saat hendak mengembalikan kok.
Proficiat Berry/Hardianto dan para juara. Sampai jumpa di turnamen Grand Prix Gold pekan depan di India.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H