Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengasuransikan Keluarga dan Mengkeluargakan Asuransi

21 November 2016   00:17 Diperbarui: 22 November 2016   22:32 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara tentang asuransi maka apa yang pertama kali muncul di benak Anda? Beberapa dari antaranya adalah polis, uang pertanggungan, premi, proteksi dan sebagainya. Ya, semua itu merupakan elemen penting dalam asuransi, baik itu asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan.

Terlepas dari hal-hal teknis yang tidak bisa tidak dipahami oleh siapa saja yang terlibat di dalamnya, ada kecenderungan yang saling bertolak belakang terkait asuransi tersebut. Di satu sisi asuransi masih ditanggapi sebelah mata, bahkan masih ada yang merasa apatis terhadap keberadaan asuransi. Ada banyak alasan munculnya sikap antipati tersebut. Bisa saja bersifat apriori karena ketiadaan pengetahuan dan pemahaman. Bisa juga karena preseden baik yang dialami secara langsung maupun tidak langsung.

Di sisi berbeda, manfaat asuransi tersebut semakin tak terelakkan. Tak hanya terkait kepentingan individu semata, juga menyangkut orang banyak. Dalam ruang lingkup sedikit lebih sempit dan dalam konteks Indonesia, pentingnya asuransi bagi keluarga setidaknya dilandasi pada sejumlah alasan.

Pertama,meski tidak signifikan dan sesuai ekspektasi banyak pihak, pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan sendirinya berdampak pada peningkatan pendapatan sehingga jumlah kelas menengah di Indonesia terus bertambah.

Kebutuhan kelompok ini terus bertambah seiring peningkatan pendapatan. Salah satu yang dirasa penting dan masuk dalam daftar kebutuhan utama adalah proteksi atau perlindungan baik terhadap diri sendiri maupun anggota keluarga.

Bahkan dalam tingkat yang tinggi, kelompok ini tidak hanya memperlukan perlindungan jiwa dengan ganjaran uang pertanggungan ratusan juta rupiah. Mobilitas yang tinggi mendorong kelompok ini untuk melengkapi diri dengan proteksi kesehatan. Untuk proteksi jiwa dan kesehatan itu mereka pun ingin mendapatkan yang terbaik dengan layanan premium atau kelas satu.

Kedua,potensi di kalangan kelas menengah tersebut melengkapi ruang besar dalam masyarakat Indonesia yang belum tersentuh asuransi. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat penetrasi industri asuransi konvensional hingga akhir September 2015 baru mencapai 2,51 persen. Angka tersebut merupakan perbandingan antara total premi bruto asuransi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Dengan kata lain mengutip Ketua OJK, Muliaman Hadad, porsi industri asuransi di Indonesia masih kecil. Asetnya baru 7 persen dari PDB. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibanding negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia dan Thailand dengan aset tiga kali lipat lebih banyak.

Data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas peduduk Indonesia belum menjadi anggota asuransi. Hal ini tentu sangat memprihatinkan mengingat betapa pentingnya asuransi tersebut.

Di pihak lain, kondisi ini dengan sendirinya membuka peluang bagi masyarakat untuk segera bergabung. Tidak hanya menjadi anggoa semata, juga ambil bagian sebagai agen asuransi.

Jamak kita dengar kisah masyarakat sukses berkat asuransi. Seperti dilaporkan Kompas,18 Agustus 2016 lalu, pada acara Top Agent Award 2016 muncul sejumlah sosok sukses yang mendapatkan pemasukan hingga puluhan juta sebagai agen asuransi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun