“Kalau memang Jabar mau medali, ambil saja semuanya. Saya tidak perlu medali kalau memang menang dengan cara yang tidah terhormat,” ungkap Atris dikutip dari Kompas, (Rabu, 28/9, hal.28).
Tindakan tidak terpuji tak hanya dilakukan oleh wasit dan juri, di tingkat pemain dan penonton pun setali tiga uang. Para pemain polo air Jabar dan Sumatera Selatan terlibat saling pukul di kolam pertandingan yang juga memantik aksi anarkis di kalangan pendukung kedua tim. Laga DKI Jakarta dan Jabar di cabang sepak bola pun diwarnai kerusuhan yang melibatkan para pendukung. Bila mau diurut masih banyak kasus lainnya.
Tak hanya jiwa sportif yang kerdil, penyelenggaraan kali ini juga mengancam proses regenerasi. Para atlet seperti duo pelari senior Agus Prayogo dan Triyaningsih serta para pemain pelatnas bulu tangkis ramai-ramai turun gunung. Mereka diikat dan dibayar oleh sejumlah daerah demi mengamankan medali.
Dengan batasan umur yang lebih muda, para pemain dari daerah-daerah lain yang selama ini tak terpantau radar PBSI bisa mengambil panggung. Namun lapangan bulu tangkis malah dikuasai para pemain pelatnas. Beberapa pemain pelatnas bahkan diturunkan di sejumlah nomor berbeda.
Tak hanya di cabang bulu tangkis pembaharuan usia pemain patut dipertimbangkan di cabang-cabang lainnya. Selain terkait aspek regenerasi, PON juga harus berorientasi pada prestasi. Jangan sampai PON lebih sebagai ajang adu gengsi ketimbang mengasah para atlet untuk diorbitkan di kancah internasional.
Empat tahun mendatang PON akan berpindah ke ujung timur nusantara. Gubernur Papua Lukas Enembe telah menerima bendera PON dari tangan Aher, sapaan Ahmad Heryawan, simbol kesiapan dan kesediaan menyelenggarakan ajang multievent itu.
Tak hanya Papua yang dituntut untuk bersiap lebih dini mengantisipasi hal-hal tak berkenan sepert kali ini. Jabar pun mendapat tugas berat baik membuktikan diri layak sebagai juara umum, juga mempertanggungjawabkan dana besar yang telah digelontorkan untuk sejumlah fasilitas olahraga. Kita berharap jangan sampai penyakit lama, yakni fasilitas yang terbengkalai selepas perhelatan olahraga juga menjangkiti Jawa Barat.
Provinsi-provinsi lain perlu lebih serius memperhatikan olahraga di daerah agar bisa bersaing secara sehat di level nasional. Sehingga fenomena jual beli pemain hingga aksi yang mencederai sportivitas tak lagi terulang.
Terima kasih Jabar, selamat datang Papua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H