Dalam perjalanan setelah delapan bulan melakukan riset, Abe mendapati kompleksita kehidupan Nokas terkait urusan asmara. Film pun difokuskan untuk mendalami labirin perjuangan cinta Nokas (27 tahun) untuk menikahi kekasih hati, seorang gadis Timor bernama Ci. Sehari-hari Ci bekerja bekerja di rumah pemotongan hewan di Sumili, Kupang.
Bagi Nokas perjuangan cinta itu menuntutnya untuk mengatasi keterbatasan finansial. Cintanya kepada Ci harus dipertanggungjawabkan dengan belis yang ditentukan keluarga wanita. Selaian mahar yang tak bisa ditawar-tawar, Nokas pun harus menanggung biaya pernikahan yang akan berlangsung di dua tempat. Sebagai seorang petani sederhana dengan latar belakang keluarga miskin jelas bukan urusan gampang. Di sini Abe memanggungkan Nokas yang 'cinta mati' pada Ci, namun harus berjuang mati-matian untuk menikahinya.
Secara tematik Abe mengangkat realita aktual. Kenyataan seperti disinggung di atas masih menjadi menu harian masyarakat NTT, meski perlahan-lahan terutama dalam urusan perkawinan mulai mengalami perubahan. Urusan adat menjadi lebih rasional dan sederhana. Salah satu sebab lantaran pola pikir dan kesadaran masyarakat mulai berubah seiring kemajuan tingkat pendidikan.
Terlepas dari kualitas sinematik film tersebut, kehadiran Nokas berbicara banyak hal. Tidak hanya tentang NTT hari ini, juga tentang orang NTT di jagad film saat ini.
Abe bukan yang pertama yang berbicara tentang NTT. Ia pun bukan baru pertama mengangkat sisi lain NTT. Berbeda dengan dua fim pendek yang sudah dibuat yakni Kaos Kupang (8 menit) dan Kabar Dari Medan (12 Menit), dapat dikatakan ini merupakan karya fenomenal pertamanya. Ia pun yang pertama sebagai orang NTT yang berhasil membawa masalah NTT ke panggung internasional.
Shalahuddin Siregar yang terkenal dengan film Negeri di Bawah Kabut mengaku, "Banyak film yang diproduksi di luar Jawa, tetapi oleh pembuat film dari Jawa dengan sudut pandang Jawa. Sedikit sekali pembuat film dari luar Jawa yang 'suaranya' bisa terdengar di tingkat nasional, apalagi internasional.
Patut dicatat, Nokas merupakan salah satu film yang terpilih untuk diputar perdana (world premier) di ajang Eurasia International Film Festival (EIFF) 2016 yang berlangsung pada 24 – 30 September 2016 di Astana, Kazakhstan.
EIFF, festival film internasional yang digagas National Academy of Cinema Arts and Science dan Kementerian Kebudayaan dan Olahraga Republik Kazakhstan merupakan salah satu festival film yang terbesar di Kazakhstan dan Asia Tengah.
Walau EIFF tak sebeken festival film Cannes, namun Nokas telah lolos seleksi di level internasional dan akan bersaing dengan film-film dari Eropa, Amerika dan Asia di kategori Eurasia Docs. Beberapa pesaing Nokas antara lain Weiner (Amerika Serikat), The Farewell Tour (Kyrgyzstan & Estonia), Exotica Erotica Etc. (Prancis) dan Fire at Sea (Italia & Prancis).
Selain mengharapkan kesuksesan NOKAS di pentas internasional, Abe dan film-nya itu diharapkan membuka jalan bagi sineas-sineas lain dari NTT. 76 menit yang ditayangkan Abe sungguh jauh dari kata cukup. Masih banyak persoalan pelik di NTT khususnya yang belum tertangani sehingga butuh lebih banyak mata, telinga, dan hati sineas-sineas NTT lainnya.
Film dengan segala kelebihannya bisa menjadi alternatif untuk memanggungkan kenyataan, mengurai labirin persoalan dan membongkar prasangka. Tentu, berbicara tentang semua itu oleh orang NTT sendiri akan jauh lebih mengena dan apa adanya.