Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Film Nokas: Upaya Melihat Timur dari Kacamata (Orang) Timur

28 September 2016   10:12 Diperbarui: 28 September 2016   22:11 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manuel Alberto Maia/http://www.rri.co.id/

Dalam perjalanan setelah delapan bulan melakukan riset, Abe mendapati kompleksita kehidupan Nokas terkait urusan asmara. Film pun difokuskan untuk mendalami labirin perjuangan cinta Nokas (27 tahun) untuk menikahi kekasih hati, seorang gadis Timor bernama Ci. Sehari-hari Ci bekerja bekerja di rumah pemotongan hewan di Sumili, Kupang.

Manuel Alberto Maia/http://www.rri.co.id/
Manuel Alberto Maia/http://www.rri.co.id/
Budaya NTT umumnya belum sepenuhnya lepas dari urusan mahar atau belis. Tidak gampang menikahi anak gadis NTT. Sederet ritus dan ritual adat harus dijalani dengan aneka tuntutan dan kebutuhan. Tak pelak biaya sebuah pernikahan sejak tahap awal hingga naik ke pelaminan di sana cukup 'wah'.

Bagi Nokas perjuangan cinta itu menuntutnya untuk mengatasi keterbatasan finansial. Cintanya kepada Ci harus dipertanggungjawabkan dengan belis yang ditentukan keluarga wanita. Selaian mahar yang tak bisa ditawar-tawar, Nokas pun harus menanggung biaya pernikahan yang akan berlangsung di dua tempat. Sebagai seorang petani sederhana dengan latar belakang keluarga miskin jelas bukan urusan gampang. Di sini Abe memanggungkan Nokas yang 'cinta mati' pada Ci, namun harus berjuang mati-matian untuk menikahinya.

Secara tematik Abe mengangkat realita aktual. Kenyataan seperti disinggung di atas masih menjadi menu harian masyarakat NTT, meski perlahan-lahan terutama dalam urusan perkawinan mulai mengalami perubahan. Urusan adat menjadi lebih rasional dan sederhana. Salah satu sebab lantaran pola pikir dan kesadaran masyarakat mulai berubah seiring kemajuan tingkat pendidikan.

Terlepas dari kualitas sinematik film tersebut, kehadiran Nokas berbicara banyak hal. Tidak hanya tentang NTT hari ini, juga tentang orang NTT di jagad film saat ini.

Abe bukan yang pertama yang berbicara tentang NTT. Ia pun bukan baru pertama mengangkat sisi lain NTT. Berbeda dengan dua fim pendek yang sudah dibuat yakni Kaos Kupang (8 menit) dan Kabar Dari Medan (12 Menit), dapat dikatakan ini merupakan karya fenomenal pertamanya. Ia pun yang pertama sebagai orang NTT yang berhasil membawa masalah NTT ke panggung internasional.

Shalahuddin Siregar yang terkenal dengan film Negeri di Bawah Kabut mengaku, "Banyak film yang diproduksi di luar Jawa, tetapi oleh pembuat film dari Jawa dengan sudut pandang Jawa. Sedikit sekali pembuat film dari luar Jawa yang 'suaranya' bisa terdengar di tingkat nasional, apalagi internasional.

Patut dicatat, Nokas merupakan salah satu film yang terpilih untuk diputar perdana (world premier) di ajang Eurasia International Film Festival (EIFF) 2016 yang berlangsung pada 24 – 30 September 2016 di Astana, Kazakhstan.

EIFF, festival film internasional yang digagas National Academy of Cinema Arts and Science dan Kementerian Kebudayaan dan Olahraga Republik Kazakhstan merupakan salah satu festival film yang terbesar di Kazakhstan dan Asia Tengah.

Walau EIFF tak sebeken festival film Cannes, namun Nokas telah lolos seleksi di level internasional dan akan bersaing dengan film-film dari Eropa, Amerika dan Asia di kategori Eurasia Docs. Beberapa pesaing Nokas antara lain Weiner (Amerika Serikat), The Farewell Tour (Kyrgyzstan & Estonia), Exotica Erotica Etc. (Prancis) dan Fire at Sea (Italia & Prancis).

Salah satu adegan dalam film NOKAS/http://kupang.tribunnews.com.
Salah satu adegan dalam film NOKAS/http://kupang.tribunnews.com.
Seturut kabar dari laman resmi EIFF, Nokas sudah tayang perdana pada Senin, 26 September pukul 11.00 waktu setempat di Kinopark 11. Selanjutnya akan tayang di Tanah Air sejak awal tahun depan.

Selain mengharapkan kesuksesan NOKAS di pentas internasional, Abe dan film-nya itu diharapkan membuka jalan bagi sineas-sineas lain dari NTT. 76 menit yang ditayangkan Abe sungguh jauh dari kata cukup. Masih banyak persoalan pelik di NTT khususnya yang belum tertangani sehingga butuh lebih banyak mata, telinga, dan hati sineas-sineas NTT lainnya.

Film dengan segala kelebihannya bisa menjadi alternatif untuk memanggungkan kenyataan, mengurai labirin persoalan dan membongkar prasangka. Tentu, berbicara tentang semua itu oleh orang NTT sendiri akan jauh lebih mengena dan apa adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun