Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Resep Jitu Tiongkok Cetak Atlet Difabel Tingkat Dunia

21 September 2016   16:57 Diperbarui: 22 September 2016   09:23 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zou Lihong merayakan kesuksesannya meraih emas cabang lari maraton, sekaligus emas ketiga di Paralimpiade Rio/BBC.co.uk.

Dukungan penuh dari pemerintah membuat Tiongkok mampu memanfaatkan kekayaan penduduk yang ada. Tiongkok memiliki tak kurang dari 85 juta penyandang disabilitas dari total kurang lebih 1,4 miliar penduduk. Jumlah ini jauh lebih banyak dari yang dimiliki Amerika Serikat yakni 56 juta. Tak heran setiap kali Paralimpiade dihelat, Tiongkok datang dengan amunisi terbanyak. Rata-rata 308 paralimpian terbaik.

Sejak menjadi juara umum Olimpiade 2008, kaum difabel Tiongkok mengalami pencerahan. Kemenangan para atlet “normal” di ajang multievent terbesar sejagad itu membuat cara pandang mereka terhadap diri sendiri berubah.

Setelah kemenangan itu, Xiaojie Zheng, sekertaris Pusat Hong Dan Dan, sebuah organisasi yang mendukung kaum tuna netra di Beijing bersaksi,  "Chinese people were able to understand disability better than before."

Zheng melihat kaum difabel menjadi semakin percaya diri untuk mempertanyakan hak-hak mereka. Sebelum momen kejayaan itu, mereka lebih memilih bungkam. Mungkin saja mereka berangapan bahwa kondisi tubuh mereka patut diterima dengan tawakal sebagai kekurangan.

Walau demikian patut diakui dukungan dari masyarakat dan media masih kurang. Berbeda dengan Inggris Raya, Amerika Serikat dan Tiongkok masih menomorduakan publikasikan terkait para atlet difabel.

Di Paralimpiade London, media AS mendapat kritik habis-habisan karena minimnya pemberitaan. Para penonton terpaksa beralih ke saluran kabel untuk mengikuti perkembangan.

Pemandangan serupa terjadi di Tiongkok. China Central Television (CCTV) hanya menyediakan porsi siaran satu jam per hari terkait Paralimpiade. Sangat kontras dengan Olimpiade yang ditayangkan sepanjang hari secara langsung.

Terlepas dari itu Tiongkok telah memberikan sejumlah pelajaran berharga untuk Indonesia. Pemerintah menjadi menjadi pemegang kunci pemberdayaan kaum difabel. Dimulai dari pendataan, berlanjut dengan pemetaan program, hingga eksekusi secara konsekuen. Kapan harapan tersebut terwujud?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun