Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyingkap Kerja Penting Bambang Brodjonegoro di “Rumah Setan”

5 September 2016   00:27 Diperbarui: 5 September 2016   08:38 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Bappenas yang merupakan bekas markas besar gerakan Freemasonry oleh Adolf Heuken dinilai masih menyimpan misteri sejarah. Gambar dari penarevolusi.wordpress.com.

Masyarakat Eropa dan Amerika tak terlalu ambil pusing atau sekadar tahu saja dengan tingkat inflasi dan pertumbuhan negerinya. Kepada pemimpin negerinya, mereka tak menuntut banyak, selain kesempatan atau lapangan kerja.

Bambang memberi alasan, tuntutan masyarakat di negara maju itu, didasarkan atas tingginya pajak yang mereka berikan. Selain kompensasi berupa pembebasan biaya pendidikan dan kesehatan, mereka menuntut pertanggung jawaban dari pemimpinya berupa banyaknya lapangan kerja yang telah diciptakan.

Kondisi berbeda terjadi di Tanah Air. Bila di Prancis tarif pajak perseorangan bisa mencapai 75 persen atau Jerman yang meminta 50 persen, di Indonesia alih-alih pajak tinggi, meningkatkan wajib pajak saja susah bukan kepalang. Berbagai kebijakan dilakukan, temasuk program terkini berupa tax amnesty.Namun hasilnya masih jauh dari yang diharapkan.

Sumber Infografik : www.tribunnews.com.
Sumber Infografik : www.tribunnews.com.
Dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi, cara lain yang perlu ditempuh adalah mengarahkan sektor-sektor informal menjadi sektor formal. Menurut Bambang, sektor informal tetap penting. Namun membuat roda ekonomi bergerak lebih cepat reorentasi informal menjadi formal adalah syarat penting.

“Di Amerika semua sektor informal bergerak ke formal melalui kewajiban bayar pajak, akses kepada kredit perbankan. Perbankan akan ragu-ragu bila tahu bisnis Anda masih informal,”tandasnya.

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2017/gambar dari materi Bappenas.
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2017/gambar dari materi Bappenas.
Kedua,mengurangi kemiskinan.  Di Indonesia persoalan kemiskinan sangat kompleks. Indikator kemiskinan yakni syarat minimal mengkonsumsi  pangan, 2.100 kalori per hari tak bisa dijadikan patokan di setiap waktu. Yang penting dilakukan adalah mengikuti perubahan harga untuk memastikan berapa banyak penduduk Indonesia yang masih berada di bawah garis kemiskinan.

Tugas utama negara, menurut Bambang, bukan untuk memperkaya orang kaya, tetapi mengupayakan agar orang miskin keluar dari garis kemiskinan. Cara yang ditempuh dan dianggap sah antara lain melalui cash trasferatau bantuan langsung tunai berupa voucer makanan dan lain-lain.

Harapan kita dengan cara itu, posisi masyarakat miskin bisa melompat melewati garis kemiskinan. Namun persoalan berikutnya adalah banyak masyarakat miskin berada jauh di bawah garis kemiskinan sehingga butuh usaha lebih untuk mengangkat mereka keluar dari garis kemiskinan itu.

 Karena itu cara berikutnya yang dilakukan adalah memperbanyak akses terhadap infrastruktur dasar seperti sanitasi, air bersih, jalan, listrik dan sebagainya. “Percuma dikasih uang banyak bila tidak mempunyai akses. Yang miskin akan tetap miskin karena tidak bisa menjadi manusia produktif,”tuturnya.

Setelah mengangkat kaum miskin dari lingkaran kemiskinan, tugas negara belumlah usi. Tugas berikutnya yakni membuat mereka berdaya untuk bertahan di kelas tidak miskin. Menurut Bambang, kelompok masyarakat yang baru saja keluar dari garis kemiskinan sangat rentan dan labil sehingga mudah terjerembab lagi ke dalam garis kemiskinan.

Karena itu yang dilakukan adalah meyediakan akses pendidikan demi meningkatkan taraf pendidikan mereka. Pendidikan adalah pintu gerbang mendapatkan pekerjaan, membuat masyarakat mampu berusaha, dan berbisnis sehingga membuat mereka mampu bertahan di luar garis kemiskinan, bahkan bisa semakin jauh meninggalkan garis tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun