Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengawinkan Jumlah dan Mutu ala Sri Mulyani

1 September 2016   20:36 Diperbarui: 1 September 2016   22:31 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari www.kancyl.com.

Langkah yang ditempuh untuk menggulirkan tiga prioritas di atas adalah memerangi kemiskinan dan ketimpangan dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. “Ini bukan konsep mengambil kekayaan orang kaya untuk didistribusikan ke orang miskin. Bukan populis- destruktif, melainkan populis konstruktif dan produktif,”lanjutnya.

Menkeu Sri Mulyani/Fabian Januarius Kuwado/Kompas.com.
Menkeu Sri Mulyani/Fabian Januarius Kuwado/Kompas.com.
Namun demikian penggunaan APBN tidak dilakukan secara serampangan. “APBN difokuskan untuk melindungi yang paling miskin. Sasarannya 40 persen penduduk terbawah secara ekonomi. Indonesia punya banyak skema untuk itu, mulai subsidi langsung sampai beras untuk rumah tangga miskin. Juga melalui layanan dasar pemerintah, seperti kesehatan dan pendidikan.

Bahkan, sampai yang detail, seperti persoalan tubuh pendek, kurang gizi, angka kematian bayi, dan angka kematian ibu melahirkan. Ini titik intervensi yang sangat penting bagi masyarakat, terutama (masyarakat) paling bawah. Kalau kelas menang-atas mereka bisa melindungi diri untuk urusan dasar ini.”urainya.

Tarif pajak progresif dan pengampunan pajak (tax amnesty) adalah instrumen yang digunakan dalam rangka mengatasi kesenjangan. Menurut wanita kelahiran Bandar Lampung, 54 tahun lalu, bila program tax amnestyberjalan baik maka dapat mengurangi kesenjangan.

“Infrastruktur adalah hal paling kritikal. Pembangunan infrastruktur bertujuan agar masalah infrastruktur tak lagi jadi penghalang untuk mewujudkan kegiatan ekonomi maupun mengatasi kemiskinan,”tegasnya.

Kini kita menanti aplikasi dari strategi yang keluar dari mulut Sri Mulyani. Harapan kita persoalan mendasar itu perlahan terurai dan terselesaikan sebagai persiapan untuk merayakan datangnya bonus demografi. Jangan sampai  berkah penduduk itu sia-sia. Malah memperburuk keadaan mengingat setelah tahun 2030 rasio ketergantungan bergerak ke arah sebaliknya karena jumlah lansia meningkat. 

Sebagai penutup kita perlu belajar dari riwayat Gajah Mada, patih Majapahit yang gagah perkasa. Selama 33 tahun menjadi patih dari 45 tahun masa pengabdian, ia sanggup menjaga imperium Majapahit. Namun keruntuhan Majapahit terjadi juga saat Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk mangkat.

Mengapa terjadi demikian? Gajah Mada hanya sibuk sendiri. Ia abai menyiapkan generasi penerus, lalai melakukan regenerasi. Harapan kita, keberhasilan sejumlah orang muda seperti dikisahkan di awal tulisan ini menular ke generasi-generasi selanjutnya. Energi kreativitas dan semangat perjuangan mereka menetes ke bawah, membasahi perihidup para penerus. Betapa dahsyat bila saat bonus itu tiba, Indonesia tak hanya banyak dalam jumlah tetapi juga tinggi dalam mutu. Semoga.

Facebook: Ale Theia
Twitter: Charlesemanueld

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun