Repotnya mengakrabi MRT05 di satu sisi, dan bayang-bayang deadline pembayaran di sisi lain akhirnya melengkapi riwayatnya di F1 musim ini. Cita-citanya mengibarkan panji Merah Putih di ajang bergengsi tersebut kandas separuh jalan karena begitu susahnya mendapatkan sponsor untuk 7 juta euro dari sebuah bangsa dengan 48.500 orang kaya dan kelompok kelas menengah yang terus bertumbuh.
Rio adalah saksi mata dari wacana dukungan yang dikumandangkan menteri pemuda dan olahraga-yang baru saja lolos dari reshuffle jilid II-hingga wakil presiden yang kandas di tengah jalan. Berharap lebih pada anggaran negara yang terbatas dan telah dibagi-bagi menurut peruntukan, jelas tak mungkin. Demikianpun mendapatkan suntikan dari BUMN lain selain Pertamina sebagai sponsor utama, sama sulitnya. Mengapa? Entahlah.Â
Begitu juga mengharapkan sumbangan sukarela yang bisa disalurkan secara langsung melalui rekening khusus atau didonasikan melalui program SMS berbayar dan pernak pernik tak cukup membantu.
Pada titik ini, Rio memberikan pelajaran penting tentang bagaimana kita mewadahi dan memaksimalkan para telenta Tanah Air terutama yang terjun dalam dunia yang tak sepenuhnya olahraga. Rio bukan orang pertama yang merasakan kegetiran itu. Dan kita berharap ia menjadi yang terakhir.
Usiamu masih muda, jalan panjang terbentang di depan sana. Maju terus, dan teruslah membanggakan Indonesia dengan jalan yang nanti engkau pilih, Rio.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H