Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jungkir Balik Sang Menteri di Antara Wangi Kopi dan Daging Sapi

30 Juni 2016   21:51 Diperbarui: 1 Juli 2016   13:31 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu menu buka bersama di sela Nangkring. Menurut sang pemilik kafe yang saya temui seusai acara, Mas Irvan Helmi, berasal dari pasar yang seharga Rp.80.000/kg/@CoretanMasDede

Kedaulatan pangan

Dalam situasi seperti ini, dengan senyum yang terus mengembang, Tom sama sekali tak terlihat patah semangat. Malah, semakin malam semangatnya semakin menggebu. Ruang kafe yang tak terlalu luas, terus melebarkan tangannya menampung pengunjung yang datang dan pergi, membuat suasana semakin hangat.

Kondisi persapian Indonesia yang memprihatinkan, dan tekanan masyarakat yang tinggi tak membuatnya kehilangan harapan. Baginya impor adalah solusi jangka pendek untuk menyelamatkan situasi. Namun di depan sana, di masa datang, menurut Lembong, cita-cita swasembada daging harus terus digemakan.

Walau membutuhkan proses panjang, sekitar 10 tahun, Tom optimistis dengan program yang saat ini sedang digalakkan Jokowi-Jusuf Kalla yang menempatkan infrastruktur (irigasi, pengangkutan melalui tol laut, dll) sebagai salah satu prioritas pembangunan. Baginya infrastruktur adalah mutlak untuk mengatasi keterbatasan serta membuka keran investasi untuk membangun sarana-sarana produksi, sentra-sentra persapian, RPH modern, serta berbagai hal penting lainnya.

Ia mencontohkan Nusa Tenggara Timur. Saat ini di NTT, sedang dibangun tujuh waduk yang beberapa dari antaranya akan segera beroperasi. Ketersediaan air yang memadai dengan sendirinya akan membuka jalan bagi sektor pertanian (untuk pakan ternak) dan sektor-sektor pendukung lainnya.

Usaha tersebut akan berpelukan dengan program pemerintah yang menargetkan populasi 1 juta sapi pada 2018. Seperti diberitakan Bisnis.com (Kamis, 28/05/2015), Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro mengaku bahwa tren pertumbuhan jumlah populasi sapi di NTT dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan.

Untuk mendukung program tersebut, selain giat menjalankan program perbaikan genetik sapi melalui inseminasi buatan (IB), juga mengambil langkah untuk mengantisipasi kekurangan pakan ternak terutama pada musim kemarau.

Menurut Syukur, "Di NTT… 3-4 bulan musim basah, sisanya musim kering. Itu salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas sapi-sapi kita yang ada. Terobosan yang dilakukan untuk mengantisipasi hal ini, yaitu membangun embung, atau tempat penampungan air.".

Selain itu, yang tak kalah penting adalah kerja sama lintas komponen, terutama antarkementrian terkait. Tak dipungkiri,  urusan sapi bertalian juga dengan sejumlah kementrian seperti pertanian dan perindustrian.

Sejauh ini menutur Tom, hubungan di antara kementrian tersebut berlangsung harmonis. “Kerja sama dan koordinasi kita dengan beberapa kementrian baik. Hubungannya sangat cair.”

Namun demikian, Tom tetap mengharapkan dukungan dari masyarakat luas melalui kritik dan masukan konstruktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun