Pertama,penampilan Eduardo Vargas dalam laga itu sangat fantastis. Pemain 26 tahun itu memborong lebih banyak gol ketimbang brace atau dua gol ke gawang Bolivia di fase penyisihan grup D. Guillermo Ochoa empat kali memungut bola dari dalam gawangnya, masing-masing pada menit ke-44, 53, 58 dan 74. Quattrickitu mendapuknya sebagai pencetak gol terbanyak sementara dengan torehan enam gol.
Namun, kemenangan La Roja tak semata karena Vargas. Beberapa nama lain tak bisa ditampik. Arturo Vidal dan Alexis Sanchez pun luar biasa. Vidal yang akan melewatkan pertandingan berikutnya akibat suspensi kartu benar-benar bertaji di lini tengah bahkan leluasa memberikan umpan manis ke lini depan.
Begitu juga bek Jean Beausejour. Walau sudah berusia 32 tahun, bek Colo-colo ini seakan tak pernah kehabisan energi. Pergerakannya dari sayap kiri benar-benar merepotkan barisan pertahanan Meksiko.
Kedua, di atas performa individu, kunci sukses Chile sebenarnya adalah hasil kerja tim. Denga penguasaan bola 58 persen, soliditas Chile tampak saat menekan maupun ketika ditekan. Justru saat ditekan, Chile malah mendapat tambahan energi untuk balik menekan. Di babak pertama, torehan dua gol, masing-masing di awal dan sebelum jeda adalah upah layak untuk kekompakan yang mereka peragakan.
Apa yang terjadi di 45 menit babak kedua tampaknya lebih sebagai kejutan besar. 15 menit setelah jeda, Chile menggelontorkan tiga gol, sekaligus menegaskan dominasi atas Meksiko. Situasi ini tak hanya mengubah konstelasi permaian. Pemandangan di luar stadion mengguratkan kesan yang sama. Pendukung Meksiko yang semula mendominasi Levi’s Stadium melakukan eksodus massal. Optimisme yang membuncah sebelum laga, berganti shock.Â
Â
Situasi yang sama terjadi juga di bangku pemain dan pelatih Meksiko. Osorio seperti hanya bertubuh. Jiwanya kelihatan melayang, pergi bersama rekor 10 pertandingan tak terkalahkan.
Ochoa hampir tak tergantikan di bawah mistar gawang. Namun performanya dalam laga ini kurang memuaskan sehingga menimbulkan pertanyaan soal rotasi dengan dua kiper lain yang ada di bangku cadangan. Selain itu ketiadaan Rafael Marquez membuat formasi 4-3-3 begitu labil. Ketiadaan pemain lawas (kabarnya baru saja kembali seusai menyambut kelahiran putranya di Guadalaraja) yang bisa berposisi sebagai bek tengah atau gelandang jangkar ini memungkinkan para pemain Chile leluasa bergerak.
Selain itu pertanyaan juga mengemuka terkait pemilihan Carlos Pena di babak pertama. Pemain tengah itu adalah satu dari dua pemain yang tidak diturunkan pada putaran sebelumnya. Namun tiba-tiba ia mendapat tempat di Starting XI.
Hal lain yang cukup mencolok dalam laga ini adalah keputusan Osorio melakukan perubaha di babak pertama dengan memasukan Raul Jimenez. Keputusan ini sama sekali tak mengubah situasi. Malah membuat keadaan menjadi semakin buruk.