Saat itu, Albiceleste mampu meraih kemenangan 2-1. Hal ini tak lepas dari andil Funes Mori meredam agresivitas Sanchez yang musim ini melempem bersama Arsenal di Liga Primer Inggris.
Pengalaman pertemuan tersebut sedikit banyak akan berpengaruh pada pertandingan kali ini. Dengan tugas yang sama mengawal Sanchez, Funes Mori dituntut untuk mempertahankan performa tersebut. Kedisiplikan mutlak diperlukan demi mengimbangi penampilan Marcus Rojo yang cenderung labil.
Sementara Sanchez akan berupaya untuk bergerak lebih ke kanan, menarik konsentrasi Funes Mori dan Marcos Rojo untuk menyisahkan ruang di tengah. Apakah strategi Sanchez ini akan berhasil?
Tingginya tak seberapa dan jauh dari ideal untuk mengisi pos bek tengah. Meski bermodal 1,71 m, pemain Inter Milan ini mengimbanginya dengan agresivitas dan kecakapan membaca pergerakan dan arah bola lawan.
Bertemu Argentina, keperkasaan Medel bakal diuji. Salah satunya saat berhadapan dengan Gonzalo Higuain. Martino tentu akan memilih pemain Napoli itu untuk mengisi lini depan Argentina, walau pengalaman buruk di Copa America tahun lalu tak bisa lepas begitu saja.
Penampilan cemerlang di Serie A musim ini meyakinkan Martino untuk kembali mengandalkannya. Torehan 36 gol di Serie A mendapuk Pipita sebagai Capocannoniere atau pencetak gol terbanyak.
Dengan fisik yang kekar membuat Higuain cukup percaya diri berduel dengan para pemain belakang Chile, termasuk Medel. Di sini ketangguhan Medel diuji.
Saat ini Angel Di Maria merupakan salah satu pemain paling berbahaya yang dimiliki Argentina. Performanya yang gemilang berbanding lurus dengan deretan prestasi yang diukir bersama Paris Saint-Germain di kompetisi sepak bola Prancis.
Menarik melihat mantan pemain Manchester United ini berduel dengan gelandang yang beroperasi sebagai full back,Eugenio Mena.