Di tempat tesebut terdapat objek wisata air terjun Cunca Wulang, Cunca Lolos, dan Cunca Rami. Dijamin sebelum para pebalap mengakhiri etape pamungkas berjarak 121,5 kilometer di Labuan Baju, panorama indah dan menyejukkan bakal mengurangi rasa lelah.
Belum lagi di titik akhir, setelah tujuh kali adu sprint dan melapah 16 titik King of Mountain sepanjang lintas Flores, sajian alam Labuan Bajo dengan deretan pulau indah, salah satunya Kawasan Taman Nasional komodo, menjadi penutup yang sempurna.
Perhelatan TdF menjadi ajang yang pas untuk mengkombinasikan aspek olahraga dan turisme. Para pebalap tak hanya berkompetisi menuntaskan etepe demi etape. Mereka tak hanya diiming-imingi hadiah dan mendapat jaminan selama berada di Flores.
Alam yang indah dan suguhan sosio-kultural adalah nilai lebih yang mereka dapatkan. Sebaliknya, TdF memberikan faedah pula kepada Flores khususnya dan NTT umumnya.
Pasalnya para pebalap tidak datang sendirian. Bersama mereka hadir pula para jurnalis, dan juru warta baik domestik maupun mancanegara. Selain melalui media arus utama, pemberitaan secara daring dan melalui sosial media pun bergerak bersama. Alhasil event ini mengundang perhatian luas.
Kehadiran para pebalap dari Tiongkok misalnya, sudah mengundang perhatian media di negera tersebut. Kiprah Liu Jianpeng yang berbendera Tim Wisdom HengXiang itu dan kawan-kawannya membuat kantor berita Tiongkok, Xinhua juga memberi kabar.
Sejauh pengamatan saya, baru memasuki etape kedua, gema TdF sudah tercium hingga ke Asia Timur. Kantor berita resmi Negeri Tirai Bambu itu menulis pada salah satu bagian (bdk. news.xinhuanet.com/english/photo/2016-05/20/c_135376047.htm).
Tentu kita berharap kabar baik tentang ajang ini akan diwartakan pula oleh para pebalap yang berasal dari Asia Timur, Australia hingga Afrika.
Dengan tanpa mengabaikan potensi dari negara-negara lain, kehadiran para pebalap Tiongkok hingga pewartaan kantor berita resmi mereka menjadi angin segar. Mengapa?