Tiwu Nuwa Muri Koo Fai yang berwarna biru dipercaya sebagai tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal yang selama hidup kerap melakukan kejahatan dipercaya menghuni Tiwu Ata Poloyang berwarna merah. Sementara danau berwarna putih yang disebut Tiwu Ata Mbupudianggap sebagai tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal.
Danau Kelimutu menjadi penyambut bagi para pebalap sebelum melewati jalur menegangkan menuju Kota Ende. Bukit terjal dan jurang dalam menjadi kombinasi yang menakutkan dan sangat menuntut kehati-hatian.
Setiba di Kota Ende, hawa panas kembali menyergap. Kota dengan seribu kenangan bersejarah tentang Ir Soekarno bisa memacu rasa ingin tahu untuk menggali lebih jauh tentang akar sejarah bangsa Indonesia. Konon, di bawah pohon sukun dengan lima cabang yang kini masih terawat di Lapangan Pancasila itu, sang bapak bangsa mendapatkan inspirasi tentang Pancasila.
Tak kurang dari dua kali adu sprint dan empat kali tanjakan harus dilewati para pebalap. Nagekeo bersuhu panas, sementara saat memasuki wilayah Kabupaten Ngada hawa dingin benar-benar menyengat. Puncaknya pada tanjakan tertinggi di kilometer 113,6 yang terletak di Mangulewa, Kecamatan Golewa.
Dalam kedinginannya Ngada menyimpan sejuta pesona. Nun di pesisir utara, taman wisata 17 pulau di Riung memanggil-manggil. Pulau-pulau kecil berjejer-jejer dengan objek bawah laut yang memikat. Pencinta snorkeling bakal dimanjakan dengan panorama terumbu karang yang konon berjumlah 47 spesies dengan ragam ikan.
Tanpa harus menceburkan diri ke laut biru, dengan mata telanjang, hanya dari jarak pandang 1 meter semua pemandangan indah itu bisa disantap. Belum lagi mendengar deru perahu motor, rombongan kelelawar yang menghuni salah satu pulau, kompak memaklumkan eksistensi, terbang melintas di atas gugusan pulau itu.
Selanjutnya, dalam perjalanan etape keempat, para pebalap akan menuruni jalan curam berkelok-kelok di wilayah Kaju Ala. Setelah mencapai Aimere, ibu kota kecamatan Aimere, para pebalap akan dengan leluasa menyaksikan keindahan gunung Ine Rie.
Dari wilayah selatan Kota Bajawa itu, pandangan mata kita akan bertumbukan dengan gunung setinggi 2245 meter itu sebagai piramida dengan sisi yang benar-benar lurus.
Bagi para pencinta alam dan hiking, gunung berapi yang terakhir kali meletus pada tahun 1970 itu bisa dijajal. Pada musim kemarau, sekitar bulan Juli hingga Agustus, untuk menggapai puncak hanya dibutuhkan waktu sekitar tiga jam.