Namun, situasi bisa berubah di lapangan. Apalagi putaran final ini menjadi tantangan sekaligus batu ujian sesungguhnya mengingat semua kontestan sudah mempersiapkan diri secara lebih baik. Hawa dan tekanan pun berbeda.
Pengalaman di Piala Thomas 2014 menjadi contoh. Turun dengan deretan pemain top kala itu seperti Tommy Sugiarto, Simon Santoso, Hendra/Ahsan dan Angga Pratama/Rian Agung Saputra, Merah Putih harus menelan pil pahit digasak tim non unggulan Malaysia 3-0 di babak semi final.
Sapu bersih
Tim Uber mendapat lawan mudah di laga pertama. Menghadapi Bulgaria tanpa Nitya Krishinda Maheswari dan Lindaweni Fanetri, Greysia Polii dan kolega diunggulkan untuk meraih kemenangan telak.
Target sapu bersih mutlak dipegang bila ingin memenuhi target lolos ke delapan besar. Bersaing dengan Thailand dan Hong Kong di Grup C, Indonesia minimal harus mengamankan dua kemenangan demi mewujudkan target tersebut.
Indonesia mengandalkan Maria Febe yang secara peringkat masih di atas para tunggal Bulgaria seperti Linda Zetchiri (40) dan Petya Nedelcheva (70 dunia). Namun peringkat Linda Zetchiri masih lebih baik dari para pemain muda lainnya seperti Fitriani (53 dunia) dan Hanna (63 dunia).
Di sektor ganda Bulgaria masih mengandalkan duet kakak-adik Stefani Stoefa/Gabriella Stoefa. Di pentas Eropa kakak beradik itu sangat diperhitungkan. Sehingga patut diwaspadai oleh pasangan muda Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani dan Rosyita Eka Putri Sari/Della Destiara Haris.
Bila bertemu duo Stoefa, Anggia/Ketut sudah memiliki modal berharga yakni kemenangan di All England 2016. Walau harus berjuang rubber game, Anggia/menang dengan skor akhir 21-23, 21-18, 21-15.
Sebagaimana diungkapkan kapten tim Greysia Polii, pertandingan melawan Bulgaria menjadi modal untuk mencuri kemenangan sebelum bertemu lawan berat lainnya.
“Laga melawan Bulgaria adala sebuah keuntungan buat kami karena belum tampil lawan yang paling berat yaitu Thailand dan Hong Kong. Pertandingan ini kami manfaatkan untuk pemanasan, nyoba lapangan dan bisa ambil hawa pertandingan,” ungkap Greysia dikutip dari badmintonindonesia.org.
Inspirasi 1998