Ada apa?
Dari informasi yang keluar dari pengeras suara, baik berasal dari ruang masinis maupun petugas peron, situasi tersebut disebabkan karena gangguan persinyalan. Berdasarkan pengalaman pribadi, maupun catatan media, kejadian ini bukan baru pertama kali terjadi. Bukan sekali dua, tetapi berkali-kali.
Sistem persinyalan merupakan unsur penting dari operasional KRL. Bisa dibayangkan KRL tanpa sinyal, ibarat perjalanan dalam ruang gelap tanpa tuntutan. Sedikit masalah terkait hal yang satu ini maka ada dua kemungkinan yang pasti terjadi: keterlambatan atau kecelakaan. Akibat hal yang pertama sudah kerap terjadi, sementara kecelakaan pun pernah terjadi seperti saat dua kereta saling ‘berciuman’ di Stasiun Juanda, 23 September 2015 lalu.
Sebagaimana pemberitaan Kompas.com, 24 September 2015, KRL saat ini menggunakan sistem persinyalan terbuka. Sistem ini ditandai dengan adanya tiang-tiang di sepanjang jalur perlintasan kereta, dalam Bahasa teknis disebut sinyal blok.
Seperti penuturan Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) selaku operator KRL, Muhammad Nurul Fadilla, di setiap tiang tersebut terdapat lampu merah, kuning, dan hijau. Lampu yang akan menyala ditentukan oleh kereta yang lewat.
"Yang mengubah tiang sinyal ini jadi warna merah, kuning, atau hijau ya keretanya sendiri. Sinyalnya mendeteksi setiap ada kereta yang masuk. Begitu ada kereta yang masuk, otomatis sinyal yang di belakangnya jadi merah”.
Persisnya? Begini contoh Fadilla. Bila sebuah rangkaian KRL masuk di Stasiun Cikini dan berhenti, maka semua tiang yang ada di sepanjang jalur pelintasan dari Stasiun Cikini hingga Stasiun Manggarai akan memunculkan sinyal warna merah.
Sinyal itu memberikan tanda agar rangkaian-rangkaian KRL yang berada di sepanjang jalur pelintasan tersebut berhenti, sampai rangkaian KRL yang sedang berhenti di Stasiun Cikini berjalan kembali.
"Kalau ada kereta sampai Cikini, sinyal yang di belakangnya otomatis akan merah. Kalau keretanya maju, yang di belakangnya jadi kuning. Nanti maju lagi, yang kuning tadi jadi hijau," lanjut Fadilla.
Walau tiang-tiang pada blok sinyal bisa berfungsi otomatis, namun berhenti tidaknya rangkaian KRL masih berada di tangan masinis.