Di putaran final, tim Uber Indonesia bergabung di grup C bersama Thailand, Hongkong dan Bulgaria. Di atas kertas Thailand menjadi lawan tangguh. Peluang Indonesia untuk menjadi juara grup demi menghindari lawan sulit di babak perempat final hampir mustahil.
Di sektor tunggal, kekuatan Thailand sulit ditandingi. Negeri Gajah Putih memiliki pemain nomor satu dunia, Ratchanok Intanon. Selain itu, mereka memiliki dua tunggal lainnya yang kini berada di rangking 20 dunia yakni Porntip Buranaprasertsuk (rangking 16) serta Busanan Ongbamrungphan.
Di sektor ganda pun tampaknya setali tiga uang. Absennya Nitya, membuat Indonesia tak lagi memiliki andalan. Rangking dunia dua ganda lainnya yakni Ni Ketut Mahadewi Istarani/Anggia Shitta Awanda (rangking 26 dunia) dan Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari (rangking 28 dunia) masih di belakang dua ganda terbaik Thailand yakni Puttita Supajirakul/Sapsiree Taerattanachai (rangking 17) dan Jongolphan Kittharakul/Rawinda Prajongjai (rangking 20 dunia).
Bila ingin lolos ke babak knock out tak ada pilihan lain bagi Indonesia selain menjadi runner up. Namu, dua lawan lainnya, Bulgaria dan Hong Kong tak bisa dianggap remeh. Negara yang disebutkan terakhir itu memiliki Poon Lok Yan/Rse Ying Suet yang kini berada di rangking 23 dunia. Selebihnya, tingkat kesiapan baik fisik maupun mental akan menentukan.
Harapan kepada Tim Piala Uber kali ini pun tak bisa digantungkan terlalu tinggi. Pengalaman babak kualifikasi menunjukkan seberapa kuat Tim Uber Indonesia saat ini. Saat itu, Indonesia lolos fase grup sebagai runner up, dengan modal satu kemenangan atas tim lemah Maladewa dan kalah dari Korea Selatan. Di babak perempat final Merah Putih bertekuk lutut di hadapan Tiongkok 0-3.
Apakah pada putaran final kali ini Tim Uber akan mampu menyaingi torehan babak kualifikasi atau melampauinya hingga menginjak babak semi final seperti di Kuala Lumpur tahun 2010 lalu?
Bagi saya, dengan kekuatan yang ada, terutama dominasi para srikandi muda, lolos fase grup saja sudah menjadi prestasi tersendiri. Jika tidak, putaran final Piala Uber kali ini sudah menjadi momentum yang pas untuk reformasi sektor putri dengan memberikan peran yang lebih bagi para pemain muda.
Absennya Nitya dan Lindaweni adalah ‘berkat terselubung’ (blessing in disguise) bagi para pemain muda khususnya dan sektor putri yang selama ini menjadi sasaran kritik umumnya.
Selamat berjuang Tim Uber Indonesia….
N.B