Pertama, terus menulis. Selama berada di akademi ini para akademia tak hanya menulis tentang diri dan tugasnya. Mereka juga meluaskan ruang lingkup tulisan pada hal-hal sosial lainnya. Qohar misalnya, selain menulis tentang listrik token, ia juga menuangkan hasil pengamatannya tentang pasar Palmerah dengan judul Ada Apa di Pasar Palmerah.
Setelah akademi ini ia bernazar terus menulis, meski tak bisa memastikan berapa banyak tulisan yang akan dihasilkan. Maklum saja, tulis menulis merupakan dunia baru bagi karyawan PLN yang lekat dengan urusan teknis.
“Tulis saja tentang apa yang ada, jangan berpikir untuk menulis yang sempurna..,” celetuk Ibu Majawati, salah satu Kompasianer di ruang Imam Bonjol menjawab ‘keberatan’ Qohar.
“Bila masih bingung saat menulis, tuliskan tentang kebingunan itu. Lantas disempurnakan dan disempurnakan lagi,”nasihat Pepih Nugraha bisa menjadi pegangan.
Kedua, menggauli media digital. Seperti sudah disinggung di atas, lini humas kini semakin melebar. Bahkan di ruang ini tantangan seorang humas menjadi lebih besar, seperti dikatakan Wisnu Satrijono.
“Kami sangat menyadari dampak besar yang ditimbulkan dunia digital. Sebuah foto, video dan tulisan yang positif akan membangun korporasi PLN di era new media seperti sekarang ini.”
Agus Yuswanta, berikhtiar dengan bekal pengetahuan yang diperoleh, ia akan memaksimalkan media digital terutama sosial media untuk mengimbangi bahkan melawan pemberitaan media mainstream (koran utamanya) yang kadang terlanjur memojokkan PLN.
“Apa strategi yang akan dilakukan untuk membangun komunikasi melalui sosial media, apalagi dengan tingkat kepercayaan masyarakat pada media arus utama begitu tinggi?”tanya salah satu peserta.
Dengan percaya diri, sebagaimana saran Nurrulloh, Agus mengaku akan melakukan pemetaan terlebih dahulu terkait tingkat penyebaran penggunaan sosial media dan mengambil langkah konkret untuk perlahan-lahan membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat.
“Bila sampai bergumul dengan sosial media, tolong berbagai keluhan masyarakat itu direspon..”pinta salah satu peserta. Agus pun mengangguk mantap.