Kisah Febri yang ditulis Utami menyuratkan tanggung jawab besar dari seorang petugas PLN. Kebakaran gardu induk isolasi gas atau Gas Insulated Substation(GIS) Kembangan, Jakarta Barat 2 September 2015 lalu, membuatnya harus menomorduakan keluarga, terutama sang anak yang sedang terserang demam panjang.
“Saya menawarkannya pulang untuk menengok kesehatan putri semata wayangnya yang sedang sakit itu. Namun Febri menolak. Dia berujar, ‘Insya Allah istri saya yang akan mengurus dan Allah akan menjaga.’ Subhanallah, terharu saya mendengarnya,”curhat utami dalam tulisan berjudul Pantang Pulang sebelum Nyala.
Peserta lainnya, Agus Yuswanta berbagi kisah tentang perjuangannya di wilayah Bangka Belitung. Selain pasokan listrik yang terbatas, di propinsi kepulauan itu, pria berkaca mata ini harus menghadapi kesan negatif masyarakat tentang PLN.
Agus, demikian sapaan karib, kini sedang berjuang untuk memperbaiki citra negatif PLN di wilayah tersebut.
“Tantangan terbesar, masyarakat lebih mempercayai media cetak arus utama sehingga sulit untuk membangun komunikasi melalui sosial media,”tutur lulusan Universitas Airlanga Surabaya itu saat memaparkan tulisannya tentang ‘Memaksimalkan Peran Media Sosial.’
Arief Fatchiudin, peserta lainnya hadir dengan sesuatu yang berbeda. Berlatar belakang IPB Bogor, pria bersemangat ini, berbagi tentang bidang tugas yang digelutinya saat ini yakni urusan sertifikasi.
Kehadiran Arief menyingkapkan sisi lain dari PLN. Di balik perjuangan para petugas memastikan pasokan listrik berjalan baik, ada Arief dan kawan-kawan yang berurusan dengan legalisasi dan standardisasi perangkat dan instalasi yang dipakai.
“Apakah meteran yang dipakai masyarakat sudah terstandardisasi. Jangan anggap remeh dengan sertifikasi, hal-hal itu penting demi menghindari hal-hal tak diinginkan,”selentingan Arief menghentakkan para peserta, seperti mengantar mereka kembali ke rumah masing-masing.
Mengapa menulis?