[caption caption="Ilustrasi badmintonindonesia.org"][/caption]Bintang itu kembali bersinar. Setelah sempat meredup selama beberapa waktu terakhir, akhirnya sukses naik podium utama. Ganda campuran terbaik Indonesia itu berhasil menjadi yang terbaik di nomornya di ajang Malaysia Open Super Series Premier tahun ini.
Menjadi satu-satunya wakil Merah Putih di partai final, pasangan yang karib disapa Owi/Butet ini berhasil mengatasi perlawanan wakil tuan rumah dan tekanan publik Malawati Stadium, Shah Alam.
Owi/Butet berhasil memenangkan pertarungan sengit tiga set menghadapi Chan Peng Soon/Goh Liu Ying dengan skor 23-21, 13-21 dan 21-16. Jelas terlihat, wakil tuan rumah tak menyerah begitu saja.
Sejak set pertama Chan/Goh menunjukkan diri sebagai salah satu ‘kuda hitam’ seperti ditunjukkan di babak-babak sebelumnya, termasuk saat mengandaskan unggulan teratas dari Tiongkok, Zhang Nan/Zhao Yunlei di babak semi final.
Owi/Butet tampil impresif sejak awal pertandingan. Unggulan dua ini mampu memimpin dengan selisih poin cukup jauh, 11-4 dan 13-6. Namun berkat dukungan tuan rumah, pasangan non unggulan itu mampu merebut tujuh poin secara beruntun dan menyamakan kedudukan.
Owi/Butet mampu keluar dari tekanan. Keduanya lebih dulu menggenggam game poin dalam posisi 20-17. Namun satu poin masih terlalu berarti bagi Chan/Goh. Keduanya masih mampu mengejar hingga memaksa terjadinya sekali deuce sebelum Owi/Butet menutup set pertama.
Di awal set kedua laga sempat berlangsung ketat. Papan skor sempat menunjukkan posisi 8-7 untuk Chan/Goh. Namun kesalahan demi kesalahan yang dilakukan Owi/Butet memberikan keuntungan kepada wakil tuan rumah. Keduanya jeli memanfaatkan situasi ‘goyah’ Owi/Butet untuk merebut game ini dengan mudah.
Set penentu berjalan alot. Tak mudah bagi Owi/Butet untuk leading di awal pertandingan hingga interval pertandingan. Ketangguhan mental untuk meminimalisir kesalahan dan mengatasi tekanan publik tuan rumah berbuah manis. Owi/Butet perlahan tetapi pasti terus memimpin hingga merebut set penentu dengan skor 21-16.
Secara statistik kedua pasangan bukan baru pertama kali bertemu. Boleh dikata mereka sudah saling mengenal kekuatan dan kelebihan lawan. Laga ini benar-benar menuntut kesiapan, sehingga siapa yang siap bakal berakhir dengan mahkota gelar. Mahkota itulah yang akhirnya menjadi milik Owi/Butet.
“Malaysia hari ini bermain bagus. Kalau kami bener-bener nggak siap dan nggak tahan, kami nggak tahu bisa juara atau tidak,” ungkap Tontowi dikutip dari badmintoindonesia.org.
Kemenangan ini memberikan banyak arti bagi Owi/Butet. Pertama, Owi/Butet sukses memperpanjang catatan kemenangan dalam sejarah pertemuan mereka. Keduanya sudah enam kali menang dalam tujuh kali pertemuan. Di pertemuan terakhir di Kejuaraan Dunia tahun lalu, Owi/Butet menang 21-8 dan 21-13. Satu-satunya kekalahan terjadi di China Open 2012. Saat itu Owi/Butet menyerah dengan skor 19-21 dan 14-21.
Kedua, kemenangan ini menjadi titik balik dari performa kurang meyakinkan dalam dua tahun terakhir. Ini menjadi gelar super series pertama bagi keduanya setelah terakhir kali menjadi juara di Prancis Open Super Series dua tahun lalu.
Bahkan tahun ini performa mereka sangat jauh dari kata memuaskan. Beberapa target yang dipatok di turnamen level super series dan super series premier gagal dicapai. Di All England tahun ini, Owi/Butet hanya sampai di babak delapan besar. Keduanya menyerah di tangan pasangan suami istri asal Inggris Chris Adcock/Gabrielle Adcock. Pasangan yang sama pun kembali mereka hadapi di Malaysia kali ini dan mereka berhasil ‘balas dendam’.
Sementara itu Owi/Butet tak bisa berbicara banyak di India Open Super Series 2016. Keduanya gagal tampil karena kesehatan Owi.
“Saya dan Tontowi pasti senang sekali bisa jadi juara di sini. Setelah beberapa turnamen sebelumnya kami belum bisa membuktikan. Dan hari ini kami bisa membuktikan bahwa Tontowi/Liliyana masih bisa diandalkan,” ungkap Liliyana.
“Ini sudah cukup lama dan cukup sulit bagi kami untuk keluar dari tekanan itu. Akhirnya kami bisa juara lagi,” timpal Tontowi.
Ketiga, kemenangan ini menjadi motivasi bagi mereka menuju ajang bergengsi berikutnya yakni Olimpiade Rio de Janeiro Agustus tahun ini. Keduanya sudah dipastikan ambil bagian di ajang multievent tersebut bersama junior mereka yang baru saja menjadi juara All England 2016, Praveen Jordan/Debby Susanto.
Di tengah persaingan para pebulutangkis untuk tampil di putaran final itu, kemenangan di Malaysia ini sekiranya mempertebal semangat dan kepercayaan diri untuk bersiap secara baik dan terus menempatkan mereka di jalur performa terbaik. Tentu, di pundak keduanya, harapan tinggi diletakkan oleh segenap masyarakat Indonesia.
“Pastinya ini menjadi satu motivasi luar biasa buat saya dan Tontowi. Kami bisa keluar dari tekanan, bisa bangkit dan bisa juara di sini, itu satu nilai positif. Apalagi sampai sekarang kami juga masih mengumpulkan poin ke Olimpiade. Gimana caranya agar kami bisa seeding di sana. Dan mudah-mudahan kami bisa menjaga performa terus, seperti sekarang ini, sampai di Olimpiade nanti,” tutur Liliyana.
Berbagi gelar
Pada gelaran Malaysia Open tahun ini, Indonesia, Tiongkok, Malaysia, Korea Selatan dan Thailand sama-sama berbagi gelar. Indonesia kebagian gelar di sektor ganda campuran. Sementara Tiongkok yang meloloskan wakil terbanyak (tiga wakil) hanya mampu membawa pulang gelar di sektor ganda putri melalui pasangan Tang Yuanting/Yu Yang yang sukses mengalahkan wakil Korea Jung Kyung Eun/Shin Seung Chan, 21-11 dan 21-17.
Korea mendapat mahkota gelar ganda putra. Unggulan lima Kim Gi Jung/Kim Sa Rang sukses menumbangkan unggulan empat dari Tiongkok, Chai Biao/Hong Wei, 21-19 dan 21-15.
Bendera Thailand pun berkibar di puncak tertinggi melalui tunggal putri Ratchanok Intanon yang sukses menumbangkan pemain kejutan asal Taiwan, Tai Tzu Ying dalam waktu 39 menit dengan skor 21-14 dan 21-15.
Tuan rumah kebagian gelar melalui tunggal kawakan Lee Chong Wei. Tampil ciamik, unggulan dua ini sukes mengandaskan asa unggulan teratas dari Tiongkok Chen Long dalam pertarungan dua set 21-13 dan 21-8.
Berikut hasil lengkap final Malaysia open 2016 :
Ganda putri
TANG Yuanting[5]/Yu Yang (Tiongkok) vs (Korea) JUNG Kyun Eun[7]/SHIN Seung Chan
21-11 21-17
Ganda Putra
KIM Gi Jung [5]/KIM sa Rang (Korea) vs (Tiongkok) CHAI Biao[4]/Hong WEI
21-19 21-15
Ganda Campuran
Tontowi AHMAD[2]/Liliyana NATSIR vs Peng Soon CHAN/Liu Ying GOH (Malaysia)
23-21 13-21 21-16
Tunggal Putri
Ratchanok INTANON [4] (Thailand) vs (Taiwan) TAI Tzu Ying
21-14 21-15
Tunggal Putra
(Malaysia) Lee Chong Wei [2] vs CHEN Long [1] (Tiongkok)
21-13 21-8
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H