“Kami sudah menerapkan strategi dengan cukup bagus. Kami konsisten dan jarang buang poin buat musuh. Yang pasti kami fokus terus,” timpal Tontowi.
Selanjutnya di semi final Owi/Butet akan menghadapi pasangan nomor tujuh dunia asal Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen.
Berdasarkan rekor pertemuan, Owi/Butet kurang diunggulkan dibanding unggulan enam itu. Owi/Butet kalah lima kali dalam delapan pertemuan terakhir.
Namun menghadapi laga ini, unggulan dua itu memiliki modal bagus. Selain performa yang semakin membaik, kemenangan dalam pertemuan terakhir di All England 2015 membangkitkan motivasi lebih untuk merebut tiket final.
“Kami nggak mau mikirin head to head. Kami mikirnya gimana besok kami menerapkan permainan. Kalau kami lihat dari kemarin hingga sekarang penampilan kami terus ada kemajuan. Mudah-mudahan besok kami tampil lebih baik dari hari ini dan bisa menyelesaikan permainan dengan baik,” sambung Liliyana.
Gagal pertahankan gelar
[caption caption="Badmintonindonesia.org"]
Kekalahan ini sekaligus memupuskan harapan mereka untuk mempertahankan gelar yang direbut tahun lalu. Saat itu di partai final keduanya menjadi juara setelah menggusur musuh bebuyutan sekaligus pasangan teratas dunia asal Korea Selatan, Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong.
Kekalahan atas Mads/Kolding mengulangi pertemuan mereka di Prancis Terbuka tahun lalu. Kekalahan itu menipiskan keunggulan Hendra/Ahsan dalam rekor pertemuan keduanya menjadi 3-2.
“Kami banyak keserang dulu di game pertama. Kami juga banyak ketinggalan dan banyak bola ngangkatnya. Di game kedua kami berusaha duluin depannya, main bisa lebih enak. Tapi di game ketiga balik lagi. Mungkin karena kami buru-buru juga, jadi banyak melakukan kesalahan sendiri,” jelas Hendra.
Walau demikian Hendra/Ahsan tak perlu larut dalam kekalahan. Masih ada Singapura Terbuka yang akan dimulai pekan depan sebagai ajang pelampiasan.