Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

All England 2016, Kaca Besar Bulu Tangkis Indonesia

15 Maret 2016   18:14 Diperbarui: 18 Maret 2016   12:45 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sama halnya di sektor lain seperti ganda putra. Kegagalan Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong mempertahankan supremasi, tak berarti bahwa di sektor ini Korea Selatan melangkah mundur. Di rangking delapan besar dunia, Negeri Ginseng memiliki tiga jagoan. Selain Lee/Yoo di urutan teratas, ada Kim Gi Jung/Kim Sa rang (nomor enam) dan Ko Sung Hyun/Shin Baek Cheol (rangking delapan).

Namun kegagalan di ajang tersebut, apalagi dengan munculnya juara baru lebih dari cukup untuk merefleksikan diri. Kembali ke sektor ganda putra, kesuksesan Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov menjadi juara, menjadi tanda bahwa Rusia pun sudah bisa bersaing.

Demikianpun di sektor tunggal putri. Munculnya nama Nozomi Okuhara di daftar juara membuat Tiongkok semakin serius berkaca diri setelah sebelumnya peringkat teratas dunia direbut Carolina Marin asal Spanyol dan hadirnya Saina Nehwal yang mengapit Li Xuerui di urutan dua berikut Ratchanok Intanon di tempat keempat.  Bila Tiongkok merasa perlu introspeksi diri, apalagi Indonesia yang hanya mengandalkan Maria Febe di posisi 20 dunia.

Setali tiga uang di sektor tunggal putra. Indonesia pun harus mengakui ketertinggalannya dibandingkan Tiongkok dan Denmark. Di rangking delapan besar dunia, kedua negara itu mengirim dua wakilnya. Salah satu wakil Tiongkok, Lin Dan masih bertaji walau sudah menginjak 33 tahun dengan gelar All England keenam.

Di sektor ini Indonesia hanya mengandalkan Tommy Sugiarto di urutan sembilan. Selanjutnya tak ada yang bisa diharapkan, meski masih ada Dionisius Hayom Rumbaka di urutan 28 namun masih bergulat dengan cedera, selain menanti generasi emas Ihsan Maulana Mustofa, Anthony Ginting dan Jonatan Christie yang kini sedang menapak maju dari tangga 31 dunia.

Belajar dari Denmark

Situasi terkini sudah lebih dari cukup untuk kita berkaca diri dan menata diri. Indonesia tak bisa lagi bertumpu dan mengandalkan segelintir pemain. Pun harus menunggu lama untuk melihat kemilau bintang. Ada hal mendasar yang harus ditata dan dibangun, di antaranya dengan belajar dari negara lain.

Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk tak lebih dari lima juta orang, Denmark memiliki sistem regenerasi yang sangat baik. Di tingkat Eropa, negara Nordik yang terletak di barat daya negerinya Zlatan Ibrahimovic, Swedia itu, adalah raja. Tak tertandingi prestasi bulu tangkis mereka.

Tak sampai di situ, Denmark pun rutin melahirkan bintang. Setelah era keemasan Peter-Gade Christensen berakhir pada 2013, muncul sosok Jan O Jorgensen. Selanjutnya hadir pemain muda Viktor Axelsen yang kini berada di rangking enam dunia dan tak lama lagi Anders Antonsen siap meledak.

Dengan tanpa berpanjang-panjang untuk mendata jumlah pemain bintang, dari negara tersebut ada banyak hal positif yang sepatutnya ditiru oleh Indonesia yang berpenduduk lebih dari 250 juta jiwa.

Pertama, pembinaan usia dini. Denmark sangat perhatian dengan namanya pembibitan. Sejak usia belia mereka sudah diajari teknik dasar bermain bulu tangkis. Bahkan di sekolah-sekolah anak-anak diperkenalkan dengan olah raga tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun