Sementara itu, Dr.Budiawan secara aplikatif berharap agar pembenahan pengaturan peredaran dan pemanfaatan zat-zat berbahaya harus segera dilakukan dengan berkaca pada negara-negara maju.
Menjawab selentingan penanya lainnya bahwa masyarakat Indonesia kebanyak belum mengetahui tentang zat-zat berbahaya sehingga kerap secara tidak sadar menggunakannya, Dr.Budiawan menilai pentingnya sosialisasi.
“Zat-zat tersebut di satu sisi bermanfaat. Di dunia industri zat-zat itu lazim digunakan,”tuturnya sambil memberi contoh tentang sianida yang digunakan di industri tambang emas yang menggunakannya untuk menggantikan mercuri, di pabrik kertas,serta dalam kandungan pestisida sebagai pembunuh serangga yang digunakan secara luas di dunia pertanian.
Akhirnya, Bincang Sapa hari ini meninggalkan kita dengan aneka paradoks menarik. Di satu sisi, tak sukar melacak jejak peredaran sianida, mungkin juga zat-zat kimia berbahaya lainnya di Indonesia yang telah merenggut nyawa Wayan Mirna. Namun di sisi lain, kematian wanita malang itu meninggalkan jejak panjang yang patut disusuri dan dimaknai bersama untuk membenahi kekurangan di sana-sini di antanya terkait pemanfaatan dan peredaran zat-zat berbahaya itu agar tak ada Wayan Mirna berikutnya.
Semoga....
[caption caption="Para peserta yang mendapatkan hadiah door prize berfoto bersama narasumber (dokumen pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H