Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Rossi, Marquez, Pedrosa, dan MotoGP Indonesia 2017

13 Februari 2016   14:48 Diperbarui: 13 Februari 2016   16:33 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Marc Marquez saat tiba di Indonesia (foto Grandyos Zafna Manase Mesah/detikSport)"][/caption]

Geliat dan pesona MotoGP makin menggoda. Rivalitas dan tensi antarpara pembalap dan pabrikan semakin tinggi seperti terlihat musim kemarin. Membuat para pencintanya di Indonesia ingin menjadi saksi nyata kehebatan para jagoan beradu di lintasan balap. Persis seperti tahun 1996 dan 1997, saat Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah.

Harapan terulangnya kenangan manis itu kembali membuncah sejak tahun lalu ketika Dorna, sang pemilik dan penyelenggara MotoGP kembali memalingkan wajah ke Indonesia. Gayung bersambut, kita pun menyambut baik tawaran manis salah satu slot di musim 2017. Letter of Intent (LOI) pun ditandatangani, tanda kepercayaan sekaligus garansi kesediaan dan kesanggupan memenuhi segala tuntutan.

Namun tak cukup tanda tangan di atas kertas. Yang diperlukan adalah bukti konkret dana jaminan Rp120 miliar, master plan dan kontrak dengan batas waktu hingga 31 Januari. Pada titik ini masalah pun muncul. Selama ini Indonesia hanya mengandalkan Sirkuit Sentul yang nyatanya butuh perbaikan minimal 40 persen dan dana sekitar Rp150 miliar.

Pemerintah berniat baik membantu. Namun kendala menghadang. Pemerintah tak bisa serta merta menggelontrokan dana rakyat begitu saja mengingat sirkuit yang terletak di Bogor, Jawa Barat itu bukan milik bersama. Itu milik swasta. Kebuntuan pun terjadi. Opsi lain pun dipilih, hingga batas waktu 31 Januari terlewati tanpa ada kejelasan.

Namun demikian Dorna tak lekas ketuk palu. Pemerintah diberi kelonggaran untuk melengkapi berkas-berkas administratif itu. Bahkan CEO Dorna, Carmelo Ezpeleta sampai menyambangi Indonesia bertemu Menpora, Imam Nahrawi, meminta kepastian sambil melihat keseriusan Indonesia menerima tawaran itu.

"Dulu (memang) dibatasi sampai 29 Februari saja, tetapi kemarin kami komunikasi lagi, dan alhamdulillah sampai Juni kita ditunggu (Dorna)," ungkap Imam Nahrawi, Jumat (12/2/2016).

Pada titik ini, pertanyaan menggelitik muncul: mengapa Dorna masih mau mengulur waktu? Seberapa pentingkah Indonesia dalam kaca mata bisnis MotoGP? Pun, pertanyaan terakhir itu bisa dibalik: seberapa penting MotoGP untuk Indonesia?

Pasar Potensial

Hasil pertemuan Menpora dan CEO Dorna menguak sejumlah alasan MotoGP ingin dihadirkan di Indonesia. Dari sisi bisnis jelas Indonesia merupakan pasar otomotif yang potensial. Hitung saja berapa banyak penduduk Indonesia dan tingkat penggunaan kendaraan. Hampir tak ada produsen otomotif yang enggan melirik Indonesia, dan mau meninggalkan begitu saja pasar yang sangat konsumtif termasuk dalam urusan kendaraan.

"Mereka melihat potensi otomotif Moto GP di Indonesia sangat potensial khususnya di Asia Tenggara. Kedua market Moto GP di sini bagus dan ketiga, jika di negara seperti Malaysia bisa mengapa di Indonesia tidak," papar Gatot S.Dewabroto, juru bicara Kemenpora, dikutip dari Liputan 6.com, Rabu (21/10/2015).

Alasan bisnis itu menemui pembenaran dan penegasan dengan tingginya ketertarikan masyarakat Indonesia pada ajang balap elit itu. Dengan tanpa harus melakukan pendataan secara rinci, secara kasat mata bisa saja disebut bahwa fans MotoGP di Indonesia tak sedikit jumlahnya, bahkan tak kalah banyaknya dengan penggemar klub-klub sepakbola top Eropa. Setiap musim balapan tiba, MotoGP menjadi salah satu tontonan yang ditunggu dan tak sedikit dari antara kita memilih terbang ke Malaysia atau Jepang untuk menyaksikan idolanya bertanding. Meski faktor ketokohan pembalap masuk hitungan, secara umum, animo masyarakat Indonesia pada MotoGP patut diperhitungkan.

Tak heran bila sejumlah pembalap favorit akhirnya didatangkan oleh pihak produsen ke tanah air. Selain untuk tujuan bisnis, mereka datang untuk menyapa para penggemarnya. Bulan Januari kemarin, Velentino Rossi mensambangi Bali. Pembalap kawakan yang pernah merasakan aspal Sentul pada 1996 dan 1997 itu menyambut baik rencana Indonesia menggelar MotoGP dan mengamini banyaknya penggemar MotoGP di tanah air.

Setelah pembalap Movistar Yamaha, kini giliran Repsol Honda mendatangkan jagoannya. Mantan Juara Dunia 2014, Marc Marquez kembali hadir di Indonesia untuk ketiga kalinya setelah pada akhir 2014 dan awal 2015 lalu.

Tak sendirian, Marquez ditemani tandemnya Dani Pedrosa untuk menjawab kerinduan penggemarnya di tanah air. Saat ini keduanya sudah berada di tanah air dan akan melakukan serangkaian kegiatan di antaranya meluncurkan motor terbaru Honda CBR dan meet and greet dengan para penggemarnya.

[caption caption="Valentino Rossi (Foto: detikSport/Doni Wahyudi)"]

[/caption]

Timbal balik

Memang ada harga dan pengorbanan besar yang harus dikeluarkan Indonesia untuk menyelenggarakan MotoGP. Bahkan sejumlah pihak, termasuk Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani meminta agar rencana tersebut dikaji kembali, terutama dari sisi urgensi.

Tentu benar yang dikatakan Puan, perlu kajian dengan asas kemanfaatan. Namun patut dikedepankan potensi keuntungan yang bakal dipetik di masa mendatang. Ada manfaat timbal balik yang bisa diperoleh Indonesia bila menjadi tuan rumah.

Sebagaimana tertuang dalam company profile MotoGP 2015 dari Dorna Sport ada sejumlah manfaat yang bisa diperoleh tuan rumah: pertama, sebagai alat untuk mencapai pasar internasional, mengingat digelar di belasan negara di empat benua dan berlangsung selama sembilan bulan.

Meski digelar hanya sekali dalam setahun, MotoGP berlangsung selama sembilan bulan sehingga ekspos kepada setiap tuan rumah akan berlangsung sepanjang musim.

Kedua, MotoGP menjadi ‘mata dan telinga’ ke dunia internasional, mengingat dalam setiap gelaran menggunakan lebih dari 100 kamera dan didistribusikan ke 65 stasiun televisi di seluruh dunia. Belum lagi para jurnalis dan media yang melakukan peliputan langsung.

Selain melalui media main stream, saluran-saluran lain seperti website, twitter, face book, Instagram dan YouTube pun ikut bergerak.

Ketiga, MotoGP merupakan brand tertinggi sebuah motor sport dan olahraga yang menjanjikan hiburan yang memikat sehingga mampu menarik pasang mata di seluruh dunia.

Jumlah penonton yang menyaksikan secara langsung rata-rata menyentuh angka ratusan ribu orang. Berdasarkan data yang dikeluarkan Crash.Net pada tahun 2015, MotoGP Sepang, Malaysia menyedot tak kurang dari 150 ribu penonton. Jumlah ini meningkat hampir 20 ribu orang dibandingkan tahun sebelumnya.

Keempat, dengan demikian potensi yang sedemikian besar akan membuka ruang lapang untuk promosi pariwisata, branding negara penyelenggara, menarik investor, menggerakkan sektor industri dan roda ekonomi.

Penting

Maka tawaran yang diajukan Dorna itu penting untuk disambut dengan tangan terbuka dan tatapan mata jauh ke depan. Jangan menolak momentum yang sudah ada di depan mata. Jangan berharap keuntungan dan manfaat akan langsung diperoleh setahun dua tahun. Seperti investasi, gelaran MotoGP berdampak jangka panjang meski untuk itu harus merogoh kocek lebih dalam, berkorban lebih banyak, berpikir lebih lekas, bekerja lebih keras, sedari kini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun