Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menanti Goyangan Maut ‘Si Bebek’ Tampan

31 Januari 2016   06:31 Diperbarui: 31 Januari 2016   08:58 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dailymail.co.uk"][/caption]

Alexandre Rodrigues dan Silva, lebih karib disapa Alexandre Pato, lebih singkat lagi dipanggil Pato. Pria 26 tahun itu baru saja membubuhkan tanda tangan di atas lembaran kontrak bersama Chelsea sebagai pemain pinjaman hingga akhir musim.

Kedatangannya dari klub Brasil, Corinthians sedikit mengagetkan. Pemain yang sempat berjaya bersama AC Milan seakan kembali muncul ke permukaan setelah cukup lama terbenam. Pesona kebintangannya tiba-tiba mencuat di ujung bursa transfer musim dingin. Kekagetan bukan terletak pada wajah tampan dan gaya parlentenya. Tetapi lebih karena posisinya kini sebagai pemain Chelsea, klub yang sedang mencari jalan keluar dari lubang keterpurukan.

Mengapa Guus Hiddink, sang pelatih interim, berani mendatangkannya ke Stamford Bridge? Situasi klub yang tengah tersungkur, di antaranya tersebab celah menganga di sejumlah lini, tak terkecuali barisan depan, harus ditambal dengan bintang senja ini?

Bila pertanyaan itu diajukkan kepada Hiddink, ia tegas berkilah. Dengan penuh percaya diri, pria Belanda itu mengaku Pato didatangkan bukan tanpa perhitungan. Ada hitung-hitungan tersendiri, untuk lebih jelas mengatakan bukan bersandar pada sikap aji mumpung, memainkan kartu perjudian.

Bila sang juru taktik profesional sekelas Hiddink sudah bicara demikian, kita para pengamat yang melihat dari jauh, sejatinya menyimpan ragu hingga melihat aksi nyata di lapangan hijau.

Sebagai salah satu penggemar The Blues, keraguan dan kecemasan saya berkelebat hebat. Bila niat ingin menambah daya gedor, mengimbangi Diego Costa yang baru kembali menemukan taji, setidaknya butuh ujung tombak pemberani yang tak cepat menyerah, ambil contoh Antoine Griezmann. Bila tidak, mempertahankan Loic Remy yang sudah mengenal medan, sedikit lebih baik dari pada membuangnya secara percuma untuk semakin memperkuat kedigdayaan Leicester City di puncak perburuan gelar liga.

Selain itu, Pato belum memiliki pengalaman sama sekali berkompetisi di Liga Primer Inggris, yang jauh dari kesan ramah bagi pemain yang kerap mengeluh dan meminta belas kasihan. Tak cukup skill dan seni olah bola yang mumpuni sebagaimana bawaah para pemain Brasil. Butuh nyali lebih untuk berduel bahkan sedikit ‘jahil’ menggertak lawan.

Namun tanda tangan telah dibubuhkan. Kita hanya bisa sabar menanti apakah Pato pada akhirnya akan diikat permanen pada akhr musim, sebagaimana bunyi kesepakatan dengan mahar 7 juta poundsterling itu. Atau jangan sampai ia akan menyusul nasib senior senegara Juninho yang tenggelam bersama Middlesbrough tak lama setelah bergabung.

Goyangan ‘Si bebek’

Dengan modal tampang yang lebih dari cukup, Pato, yang berjuluk ‘Si Bebek’ itu menjadi salah satu pesepakbola flamboyan. Boleh dikata Don Juan-nya pengolah si kulit bundar.

Tak heran belum lama bergabung dengan AC Milan pada 2007, putri Silvio Berlusconi, sang pemilik klub jatuh hati. Barbara Berlusconi, ibu dua anak, klepek-klepek melihat ketampanan Pato dan ‘keseksiannya’ di lapangan hijau.

Beda usia lima tahun tak jadi alasan. Keduanya pun menjalin asmara tak lama berselang. Hubungan cinta ini mendekatkan Pato dengan manajemen, dengan gampang mendapat privilese dan tempat istimewa dalam setiap pengambilan keputusan. Termasuk menempatkan masa depannya dalam zona nyaman dengan perlindungan sang kekasih yang juga petinggi klub. Keistimewaan yang mengundang iri hati rekan-rekannya. Namun dalam bisnis dan industri sepakbola, cinta tak jadi jaminan. Sebagai pesepakbola, panggilan hidupnya adalah bola. Dengan dan karna kemampuan olah bola itulah terletak nilai jual seorang pemain. Dan tentang ini kenyataan riil di lapangan tak bisa ditutup-tutupi.

Hantu yang ditakuti setiap pesepakbola pun memeluk Pato. Cedera menjelang. Modal 51 gol tak cukup menyelamatkan masa depannya. Setelah lima tahun berkarir di San Siro, pada 2012, Pato ‘dibuang’ ke Corinthians.

Sempat tampil 30 kali dan hanya mencetak sembilan gol, Pato pun ‘disekolahkan’ lagi ke klub Brasil lainnya Sao Paulo, sebelum dipinang Si Biru.

Kita pun menanti kiprah 'si bebek' berseragam The Blues. Apakah masih memiliki goyangan maut nan mematikan yang membuat publik Stamford Bridge jatuh hati? Atau jangan sampai bernasib  sama seperti Radamel FalcaoBiru dan para pemain Brasil lainnya yang ditakdirkan tak karib dengan  Liga Primer Inggris?

Setidaknya sebagai pemain Brasil ke-62 yang berkarir di Inggris, kita berharap Pato sedikit lebih baik dari para pendahulunya...

Welcome to Stamford Bridge Pato!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun