Tak heran belum lama bergabung dengan AC Milan pada 2007, putri Silvio Berlusconi, sang pemilik klub jatuh hati. Barbara Berlusconi, ibu dua anak, klepek-klepek melihat ketampanan Pato dan ‘keseksiannya’ di lapangan hijau.
Beda usia lima tahun tak jadi alasan. Keduanya pun menjalin asmara tak lama berselang. Hubungan cinta ini mendekatkan Pato dengan manajemen, dengan gampang mendapat privilese dan tempat istimewa dalam setiap pengambilan keputusan. Termasuk menempatkan masa depannya dalam zona nyaman dengan perlindungan sang kekasih yang juga petinggi klub. Keistimewaan yang mengundang iri hati rekan-rekannya. Namun dalam bisnis dan industri sepakbola, cinta tak jadi jaminan. Sebagai pesepakbola, panggilan hidupnya adalah bola. Dengan dan karna kemampuan olah bola itulah terletak nilai jual seorang pemain. Dan tentang ini kenyataan riil di lapangan tak bisa ditutup-tutupi.
Hantu yang ditakuti setiap pesepakbola pun memeluk Pato. Cedera menjelang. Modal 51 gol tak cukup menyelamatkan masa depannya. Setelah lima tahun berkarir di San Siro, pada 2012, Pato ‘dibuang’ ke Corinthians.
Sempat tampil 30 kali dan hanya mencetak sembilan gol, Pato pun ‘disekolahkan’ lagi ke klub Brasil lainnya Sao Paulo, sebelum dipinang Si Biru.
Kita pun menanti kiprah 'si bebek' berseragam The Blues. Apakah masih memiliki goyangan maut nan mematikan yang membuat publik Stamford Bridge jatuh hati? Atau jangan sampai bernasib  sama seperti Radamel FalcaoBiru dan para pemain Brasil lainnya yang ditakdirkan tak karib dengan  Liga Primer Inggris?
Setidaknya sebagai pemain Brasil ke-62 yang berkarir di Inggris, kita berharap Pato sedikit lebih baik dari para pendahulunya...
Welcome to Stamford Bridge Pato!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H