Namun masih ada celah yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis. Dan dampaknya tak terlalu signifikan baik di tingkat klub maupun timnas Inggris. Tengok saja berapa banyak pemain Inggris yang berjaya di tanah airnya.
Para pemain sendiri tak bisa berbuat apa-apa dengan sistem seperti ini. Mereka dengan gampang dipindahkan ke klub mana saja, bahkan harus rela turun kasta. Belum lagi jika saat ‘disekolahkan’ seorang pemain kurang berprestasi tentu nasibnya tak akan berubah dan siap dijual murah. Patrick Bamford diboyong dari akademi Nottingham Forest pada 2012. Namun pemain 21 tahun ini kembali menjalani masa ‘sekolah’ di divisi Championship hingga kini.
Hak seorang pemain pinjaman pun dibatasi. Ketika dipinjamkan ke klub rival, mereka tak bisa dimainkan saat menghadapi klub induk. Sebagai contoh, pemain sayap Chelsea Victor Moses yang dipinjamkan ke West Ham United bisa menunjukkan tajinya untuk mencetak gol ke gawang klub-klub Liga Inggris manapun. Namun ia tak bisa menggetarkan gawang Jose Mourinho saat kedua tim bertemu.
Klub-klub yang memiliki anggaran terbatas pun hanya bisa gigit jari melihat para raksasa memiliki begitu banyak stok pemain yang bisa dimanfaatkan kapan saja. Ada yang menganggap situasi ini bisa memperburuk kompetisi bahkan menghilangkan kompetisi itu sendiri. Dominasi dan monopoli pemain, terutama para bintang berada di tangan segelintir klub.
Blunder
Tak semua perhitungan bisnis selalu tepat. Keputusan yang diambil tak selamanya terjadi pada saat yang pas. Setidaknya pernyataan-pernyataan ini cocok dipasangkan di antaranya pada duo Belgia Kevin de Bruyne dan Romelu Lukaku saat ini.
Chelsea sendiri hanya bisa menepuk dada dan menyesali keputusan membiarkan keduanya pergi terlalu dini. Pihak klub tampaknya kurang sabar untuk membiarkan mereka berkembang di Stamford Brigde. Jose Mourinho terlalu cepat merelakan mereka hijrah.
Tengok saja apa yang terjadi kini. De Bruyne baru saja membuat Manchester City terbungkuk-bungkuk di hadapan Wolfsburg. Manchester Biru tak ambil pusing dengan berapa mahar yang diminta klub Bundesliga itu.
De Bruyne pun menjadi ‘raja’ baru dan tamu agung di Etihad Stadium. Sebuah jet pribadi disiapkan untuk menjemputnya dan pihak sang pemain tak perlu repot-repot mengurus akomodasi dan tetek bengek di Inggris. The Citizen sudah memastikan segala sesuatu tersedia.
Keputusan terlalu cepat pun terjadi pada Lukaku. London Biru memang mendapat 10 juta poundsterling dari penjualannya ke Everton. Namun tengok saja berapa nilai penjualannya saat ini? Menurut transfer market, naik dua kali lipat sekitar 20 juta poundsterling. Namun The Toffees tampaknya pantas mendapat harga dan jasa lebih mengingat di klub tersebut Lukaku pernah menjalani masa ‘sekolah’ sebagai pemain pinjaman.
Itulah nasib seorang pesepakbola dan ironi dalam dunia olah bola masa kini. Anda gemilang akan jadi raja, bila melempem Anda seperti tak berharga. Chelsea memainkannya dengan lihai meski kini harus bertepuk dada dengan sedikit rasa sesal melihat prestasi tim yang sedang tak menentu.