Usaha tersebut tentu membutuhkan waktu dan proses. Namun setidaknya pemerintah bisa memulai dengan menerapkan trotoar percontohan yang dijalankan secara tegas dan konsekuen sebagaimana penerapan jalur larangan bagi kendaraan bermotor dan berbagai pengecualian lainnya di ibu kota.
Trotoar percontohan ini tak hanya ramah, nyaman dan aman bagi para pejalan kaki umumnya tetapi juga memungkinkan kaum difabel menikmati haknya.
Ketiga, jika boleh memilih, tentu saya ingin agar suasana trotoar di Jakarta seperti di Singapura, London, New York, Tokyo dan kota-kota besar lainnya.
[caption caption="Ilustrasi | Foto: blog.starwreck.com"]
“Mencoba membuktikan pujian publik dunia tentang trotoar di Tokyo. Pilihan jatuh pada berjalan kaki sejauh mungkin, sampai kaki ini sangat letih. Ketika sampai pada kilometer ke-32, perjalanan dihentikan. Diperoleh kesan, trotoar Tokyo memang layak dikagumi; bersih, hampir tidak ada yang berlumba. Dan betapa dalam perjalanan itu, tidak ditemukan satupun punting rokok. Padahal, sebagian masyarakat Jepang masih sangat suka merokok.
Hal yang menggetarkan, trotoar di kota berpenduduk hampir 20 juta jiwa ini tidak sekadar terbuat dari bahan baku yang bermutu tinggi, dan selalu bersih, tetapi karena trotoar tersebut dilengkapi halte yang sangat nyaman. Di tepi trotoar selalu terdapat aneka jenis kembang dengan beragam warna terang. Sungguh elok pemandangan di sekitar trotoar itu”, demikian petikan yang diambil dari Kompas.com tentang suasana trotoar di kota terbesar di Jepang itu.
Pemerintah DKI, dalam hal ini Gubernur Basuki Tjahaja Purnama telah memiliki rencana ke arah tersebut. Cepat atau lambat, rencana tersebut bisa saja terwujud di ibu kota. Namun hal itu semestinya juga menjadi mimpi bersama seluruh pemerintah dan masyarakat Indonesia.
Peringatan World Habitat Day (WHD) atau Hari Habitat Dunia (HHD) yang digelorakan PBB saban tahun menjadi kesempatan yang tampan untuk mengkampanyekan salah satu habitat, salah satu ruang publik yang masih dianaktirikan di negeri ini yakni trotoar.
Terpilihnya Indonesia-yang hampir tak pernah luput-sebagai tuan rumah peringatan WHD mesti pula dibaca sebagai kesempatan untuk bergerak bersama sebagai sebuah bangsa untuk semakin menukik lebih dalam pada pentingnya habitat itu. Setidaknya menjadikan trotoar benar-benar sebagai ruang publik interaktif, habitat yang digunakan sesuai peruntukannya, sarana yang nyaman dan ruang yang memuaskan bagi semua orang.
Selamat WHD 2015, jadikan trotoar sebagai anak kandung ruang publik kita…
Referensi:
- Tantangan Jakarta untuk Bisa Menjadi Kota Layak Huni pada 2030
- www.iec.co.id
- Jumlah Motor dan Mobil di Jakarta Tumbuh 12 Persen Tiap Tahun
- Bikin Trotoar Saja Kok Susah