Pasca penutupan jendela transfer, sentilan yang kerap mengemuka: apakah belanja menjadi garansi bagi prestasi sebuah klub? Dengan kata lain, semakin banyak berbelanja, semakin banyak bintang yang diboyong, maka peluang meraih gelar makin terbuka lebar?
Kita bisa ambil contoh Liga Primer Inggris (BPL), kompetisi yang terkenal royal berbelanja dan jor-joran di bursa transfer. Menurut catatan BBC bursa transfer BPL kali ini menorehkan banyak catatan yang mengagumkan.
Jendela transfer kali ini dinilai terkaya dalam sejarah BPL dimana total belanja untuk satu tahun kalender ini mencapai 1 miliar poundsterling. Ini rekor pertama dalam sejarah panjang BPL. Tercatat total pengeluaran mencapai 870 juta poundsterling atau naik 4 persen dari rekor tahun lalu.
Klub yang paling royal belanja pemain adalah Manchester City. Dibandingkan dengan klub-klub lain, total pemain baru Manchester Biru tak jauh lebih banyak dari Manchester United dan rival lainnya. Namun belanja dua bintang, Kevin De Bruyne dari Wolfsburg dan Raheem Sterling dari Liverpool seakan menutup pembelian klub-klub lain. Manchester Biru merogoh kocek 55 juta poundsterlibng dan 49 juta poundsterling masing-masing untuk De Bruyne Sterling.
Di urutan berikut ada Manchester United yang memboyong remaja Anthony Martial dari AS Monaco dengan mahar sebesar 36 juta poundsterling.
Rekor pengeluaran
Sejak diperkenalkannya sistem jendela transfer pada tahun 2002, belanja transfer kotor telah melampaui 7.3 miliar poundsterling. Menurut analis keuangan Deloitte lebih dari 80% dihabiskan pada jendela transfer musim panas.
Manchester City dua kali memecahkan rekor klub di musim panas ini untuk membawa De Bruyne dan Sterling ke Etihad Stadium. City pun menjadi klub yang paling boros di Inggris dalam satu jendela transfer.
Total pengeluaran The Citizen sekitar 160 juta poundsterling, lebih banyak dari yang dikeluarkan Manchester United di musim panas 2014 sebesar 150 juta poundsterling. Selain membelanjakan dua bintang itu, nominal fantastis itu dipakai juga untuk mendatangkan Fabian Delph, Patrick Roberts dan Nicolas Otamendi.
Meski demikian klub-klub tak bisa begitu saja berbelanja karena ada pembatasan pengeluaran di bursa transfer sebagaimana yang menjadi kebijakan Financial Fair Play (FFP) yang ditetapkan UEFA.
Jika terbukti melanggar FFP maka sanksi UEFA akan dijatuhkan. City pernah merasakan sanksi tersebut saat mereka saat berbelanja di tahuan 2014 dan harus membayar denda sebesar 16,3 juta poundsterling kepada UEFA atas pelanggaran tersebut.
Jika digabungkan total belanja empat klub elit Inggris yang berlaga di Liga Champions musim ini- City, Manchester United, Chelsea dan Arsenal – maka total pengeluaran mencapai 340 juta poundsterling.
Di bawah ini data pengeluaran BPL dari musim ke musim:
Penandatanganan pemain 19 tahun Anthony Martial oleh Setan Merah, belanja Everton untuk bek Argentina Ramiro Funes Mori dan Papy Djilobodji oleh Chelsea membuat rekor pembelian sebelumnya patah. Total belanja melebihi 835 juta poundsterling yang dihabiskan tahun lalu.
Liverpool telah menggunakan uang penjualan Sterling di antarnaya untuk membeli tujuh pemain, termasuk tiga pemain mahal yakni Christian Benteke (£ 32.5m), Roberto Firmino (£ 29m) dan Nathaniel Clyne (£ 12m).
Manchester United pun tak kalah aktraktif. Dana sebesar 139 juta poundsterling dihabiskan untuk mendatangkan Memphis Depay, Matteo Darmian, Bastian Schweinsteiger dan Morgan Schneiderlin. Sementara Chelsea aktif berbelanja di penghujung jendela transfer untuk mengakuisisi Pedro Rodriguez, Baba Rahman dan Djilobodji.
Dari semua kontestan BPL, klub promosi Watford tercatat paling sibuk dengan mendatangkan 15 pemain untuk mendongkrak penampilan tim di kasta elit sepakbola Inggris itu.
Sibuk di ujung
West Ham United tercatat paling sibuk berbelanja di penghujung jendela transfer. Secara keseluruhan sekitar 90 juta poundsterling dihabiskan pada batas akhir transfer sekaligus mencatat kenaikan 5 juta poundsterling dari musim sebelumnya.
Manchester United mendatangkan Martial dengan mahar sebesar 36 juta poundsterling sekaligus membuatnya menjadi remaja 19 tahun termahal di dunia. Dan biayanya berpotensi naik hingga menyentuh angka 58 juta poundsterling. Ia menjadi pemain paling mahal ketiga Setan Merah setelah Angel Di Maria (59.7 juta poundsterling) saat didatangkan dari Real Madrid dan Juan Mata (37.1 juta poundsterling).
Dari jumlah tersebut, total sebesar 585 juta poundsterling dibayarkan kepada klub luar negeri atau 10 persen lebih tinggi dari musim 2014.
Titik balik
Di tengah kesibukan belanja dengan biaya fantastis itu mencuat pertanyaan: bagaimana klub-klub menyeimbangkan neraca keuangan? Dengan kata lain, bagaimana untuk menyeimbangkan pengeluaran besar itu?
Mulai musim depan, kesepakatan hak siar televisi alami peningkatan dari 3.018 miliar poundsterling menjadi 5.136 miliar poundsterling selama tiga musim. Dengan demikian klub akan mendapatkan sekitar 99 juta poundsterling per musim. Bahkan sang juara akan mendapat lebih dari 150 juta poundsterling.
Dengan dana yang ada,menurut Alex Thorpe, manajer senior di grup bisnis analis olahraga Deloitte, akan digunakan untuk berinsvestasi terutama untuk para pemain berbakat. Dengan demikian pada waktunya akan dijual dengan harga yang jauh lebih mahal.
"Melihat seluruh Eropa, belanja kotor dan bersih klub Premier League'musim panas ini lebih dari dua kali lipat dari setiap liga Eropa lainnya. Kekuatan pendorong di balik ini adalah mekanisme pertumbuhan dan distribusi hak siar liga,”lanjutnya.
Selain itu, klub-klub juga mendapat pemasukan dari sponsor, penjualan jersey dan merchandise lainnya yang nilainya tak sedikit. Manchester United mendapat pemasukan tak sedikit dari apparel olahraga kenamaan Jerman, Adidas menyusul kerja sama sponsorship keduanya.
Prestasi?
Belanja BPL yang sedemikian fanfastis memunculkan pertanyaan berikutnya: bagaimana dengan prestasi? Tentu tak bisa ditutup-tutupi prestasi klub-klub BPL di pentas Eropa (Liga Champions dan Liga Europa) jauh di bawah La Liga yang begitu dominan. Buktinya sederhana: juara Liga Champions dan Liga Europa semuanya diborong La Liga.
Pengeluaran La Liga tahun ini berada di urutan ketiga setelah Serie A Italia. Serie A Italia mencatat pengeluaran kotor sekitar 405 juta poundsterling. La Liga Spanyol sekitra 400 juta poundsterling, Bundesliga Jerman (290 juga pounrsterling) dan Ligue 1 Prancis (220 juta poundsterling).
Menurut John Bennett dari BBC World Service Serie A sejumlah klub-klub besar Serie A sangat sibuk musim ini dengan tujuan untuk mengembalikan supremasi dan kejayaan setelah terpuruk di musim sebelumnya. Inter Milan membeli 15 pemain dan AC Milan menghabiskan banyak uang untuk mendapatkan sejumlah bintang seperti striker Kolombia Carlos Bacca.
Sementara Barcelona masih terkendala laranganakibat embargo FIFA sehingga belanjanya dibatasi dan hanya mendatangkan Aleix Vidal dan Arda Turan dari sesama klub La Liga. Sementara Real Madrid tetap berbelanja dengan mendatangkan Mateo Kovacic dan Danilo, dua dari sejumlah amunisi baru dengan nilai tinggi.
Di pentas Ligue 1, Marseille mendapat banyak uang setelah menjual sembilan pemainnya termasuk Andre Ayew dan Dimitri Payet ke Swansea City dan West Ham. Dana segar yang diperoleh digunakan untuk mereformasi klub sehingga bisa bersaing dengan Paris Saint-Germain (PSG), Lyon, AS Monaco dan elit Ligue 1 lainnya.
Akankah belanja besar klub-klub BPL musim ini sebanding dengan prestasi yang bakal diukir? Kita tunggu saja...
N.B: sumber gambar dan data BBC dan Daily Mail.Com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H