Hemat saya ada hal yang jauh lebih mendasar dari sekedar turnamen Piala Presiden. Fokus pemerintah saat ini adalah menyelesaikan kisruh yang membuat sepakbola tanah air berada di titik nadir.
Saya yakin turnamen Piala Presiden bukan obat mujarap untuk mengobati kerinduan masyarakat akan kompetisi sepak bola yang semestinya. Suguhan yang diberikan tak lebih dari hiburan semu yang bisa meninabobokan masyarakat di atas perseteruan PSSI dan Kemenpora, carut marut persoalan match fixing yang hingga kini belum jelas arah penyelesaiannya, dualisme di sejumlah klub dan nasib kompetisi reguler yang menggantung tak pasti.
Menpora, Imam Nahrawi dan Ketua Umum PSSI hasil KLB Surabaya, La Nyalla Mattalitti boleh saja tampil ‘mesra’ di panggung pembukaan. Jabatan tangan keduanya menjadi pertanda jembatan rekonsiliasi telah dibangun. Namun persoalan mendasar yang menyebabkan keduanya berselisih baik secara pribadi maupun institusi itu belum tersentuh untuk segera dibereskan.
Singkatnya, turnamen ini sedikit ‘menyelesaikan masalah’ yang kini sedang dihadapi dunia sepak bola tanah air, namun bukan ‘solusi’ untuk mengidupkan sepakbola tanah air yang sedang mati suri, apalagi mewujudkan iklim kompetisi yang sehat, profesional dan berbobot untuk melahirkan skuad Merah Putih yang mampu membuat seluruh rakyat Indonesia tersenyum bangga dan meneteskan air mata haru. Dan bukannya sunggingan senyum miris dan air mata pedih.
Bravo sepak bola dalam negri!!!!
N.B sumber pernyataan dari Antara, foto dari google.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H