Mohon tunggu...
Charity LeticiaJonatan
Charity LeticiaJonatan Mohon Tunggu... Guru - Siswa

Seorang siswa dari sekolah swasta di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Apa "Hilo Teen" Iklan yang Mendukung Stereotip Gender?

28 Januari 2019   08:50 Diperbarui: 28 Januari 2019   09:00 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Selain itu, iklan tersebut juga menampilkan grafik pertumbuhan tinggi pria saja, perempuan tidak dilibatkan. Ini menunjukkan bahwa adanya stereotip gender dari segi bahasa pada iklan Hilo-Teen. Pada iklan tersebut, diperlihatkan juga perbandingan tinggi kedua perempuan. 

Walaupun perempuan yang mendampingi temannya itu lebih pendek, tidak ada yang dipermasalahkan dan hanya diabaikan saja. Ini merupakan bukti bahwa jika perempuan memiliki tinggi yang rendah, tidak akan ada masalahnya karena itu memanglah sudah  Seharusnya sebelum menerbitkan iklan tersebut, kontenya haruslah mempelajari dengan seksama dan secara keseluruhan agar tidak mendiskriminasikan dan membedakan antara laki-laki dan perempuan.

Memang banyak audiensi yang tidak menyadari adanya konstruksi ideal masyarakat yang dipaparkan dalam iklan Hilo tersebut. Namun tanpa disadari, iklan ini akan lebih memotivasi para laki-laki untuk mengkonsumsi produk mereka melewati fitur bahasa seperti dialog ekspresi, dan grafik yang digunakan dalam iklan. 

Susu tersebut seharusnya ditujukan kepada kedua gender, namun kaum pria lah yang difokuskan. Kaum wanita juga bisa berfisik tinggi dan bahkan melebihi para pria, jika dilihat dengan seksama tidak ada yang menunjukkan bahwa perempuan bisa melebihi para lawan jenis di dalam media iklan Hilo. Produk yang diiklankan adalah susu tinggi kalsium untuk membantu tumbuh tinggi.

Memang tidak ada masalahnya jika remaja, khususnya laki-laki yang ingin menjadi tinggi, namun ini membuktikan bahwa para laki-laki, khususnya para remaja, ingin tinggi untuk memenuhi konstruksi ideal masyarakat terhadap fisik laki laki yang distandarkan memiliki fisik yang tinggi dan gagah, bukan sebaliknya.


Stereotip gender dan konstruksi sosial terhadap bentuk fisik laki-laki ini merupakan bawaan dari nilai budaya dan kultur yang dulu dipegang oleh nenek moyang kita. Walaupun dunia kita ini sudah berevolusi dan mengikuti globalisasi, konstruksi ideal masyarakat ini masih berlaku. 

Laki-laki yang ideal dianggap harus berfisik tinggi dan gagah, dengan suara yang rendah. Sedangkan wanita diharuskan berfisik sebaliknya. Masih banyak konstruksi ideal masyarakat yang beredar, membuat laki-laki dan perempuan tidak bisa merasa nyaman dengan bentuk fisik yang diberikan tuhan. Salah sebuah contoh adanya stereotip gender yang dibentuk dari kultur dulu adalah iklan Hilo-Teen ini. 

Pada iklan produk netral yang tidak menspesifikasikan sebuah gender ini, yang disorot dan sasarannya adalah aktor laki-lakinya saja. Hal ini tentu menunjukkan adanya konstruksi sosial terhadap bentuk fisik laki-laki, dimana fisik laki-laki yang ideal adalah yang berfisik tinggi.


Sebagai audiensi, pastinya banyak yang berpendapat berbeda mengenai iklan Hilo-Teen 2013 itu. Ada yang merasa terganggu, ada juga yang tidak. Namun, saya sebagai seorang aktivis kesetaraan gender ingin memperlihatkan bahwa stereotip gender itu bukanlah masalah yang kecil. 

Konstruksi sosial terhadap bentuk fisik gender ini sudah mempengaruhi dan merusak pandangan seluruh masyarakat dunia terhadap laki-laki dan perempuan pada umumnya. Stereotip gender paling sering disebarkan melalui penggunaan bahasa dan imaji visual, seperti pada iklan Hilo ini. 

Dialog "Kamu tinggi, keren deh!" memberikan imaji visual dimana laki-laki itu harus tampak tinggi untuk dianggap keren. Namun, sebenarnya tidak ada masalahnya jika laki-laki lebih pendek daripada perempuan. Produk Hilo-Teen ini ditujukan untuk semua gender, lalu mengapa yang hanya laki-laki saja yang ditekankan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun