Mohon tunggu...
Charissa AdistyKusumanegari
Charissa AdistyKusumanegari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UTY

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mata Uang BRICS: Inisiatif De-Dolarisasi dan Implikasinya bagi Indonesia di Tengah Dinamika Global

6 November 2024   21:48 Diperbarui: 6 November 2024   22:24 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru-baru ini, dalam pertemuan puncak BRICS ke-16 di Kazan, Rusia, pembahasan mengenai penciptaan mata uang cadangan baru menarik perhatian internasional. BRICS, yang awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, kini telah berkembang dengan tambahan negara-negara seperti Iran, Mesir, Ethiopia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Aliansi ini mulai mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk memperkuat posisi ekonomi anggotanya di kancah global, salah satunya dengan mengurangi dominasi dolar AS dalam perdagangan internasional melalui gagasan penciptaan mata uang cadangan BRICS.

Latar Belakang dan Tujuan Pembentukan Mata Uang BRICS

Penciptaan mata uang cadangan BRICS bertujuan untuk menyediakan alternatif bagi perdagangan antar negara anggota.  BRICS berharap dapat menciptakan ekosistem perdagangan yang lebih stabil dan independen dari pengaruh dolar AS. Berdasarkan Deklarasi Kazan, blok ekonomi ini menegaskan perlunya sistem pembayaran lintas batas yang cepat, aman, dan transparan yang memfasilitasi perdagangan antar negara anggota dengan biaya yang lebih rendah. Inisiatif ini bertujuan untuk mengatasi ketergantungan yang selama ini mendominasi sebagian besar perdagangan global, di mana hampir 90% transaksi masih menggunakan dolar AS.

Negara-negara anggota BRICS merasa penting untuk menciptakan sistem keuangan yang independen, mengingat ketidakstabilan ekonomi global dan perubahan kebijakan luar negeri AS yang kerap kali dianggap agresif oleh sejumlah pihak. BRICS melihat langkah ini sebagai strategi de-dolarisasi, yaitu upaya untuk mengurangi ketergantungan ekonomi pada dolar AS yang seringkali digunakan sebagai alat politik dalam hubungan internasional. 

Keuntungan Ekonomi dari Mata Uang BRICS bagi Negara Anggota

Mata uang BRICS memiliki potensi besar untuk meningkatkan stabilitas ekonomi negara anggota. Sistem pembayaran berbasis blockchain, yang tengah dikembangkan untuk BRICS, dapat mempercepat transaksi lintas batas dengan biaya lebih rendah dibandingkan dengan sistem tradisional. Selain itu, usulan untuk mendukung mata uang ini dengan emas menambah daya tarik sebagai pilihan yang lebih stabil, terutama dalam menghadapi fluktuasi nilai tukar fiat dan inflasi.

Jika mata uang ini terbentuk, maka negara-negara anggota akan mampu melakukan transaksi perdagangan tanpa melalui jaringan keuangan Barat, yang sering kali terkendala oleh kebijakan AS dan negara-negara sekutunya. Hal ini tentu saja memberikan keleluasaan dan kemandirian lebih besar bagi negara-negara BRICS untuk menentukan kebijakan ekonomi dan mempererat kerja sama dalam kawasan tanpa campur tangan eksternal.

Dampak Potensial dan Peluang bagi Indonesia di BRICS

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Indonesia menyatakan minatnya untuk bergabung dengan BRICS. Keputusan ini disambut baik oleh sejumlah kalangan di dalam negeri, karena keanggotaan Indonesia di BRICS diharapkan dapat memberikan banyak peluang strategis. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia, menilai bahwa keanggotaan BRICS dapat membuka akses Indonesia ke pasar yang lebih luas, terutama ke negara-negara non-tradisional seperti Brasil, Rusia, dan Afrika Selatan. Dengan keanggotaan ini, Indonesia memiliki kesempatan untuk mengembangkan jaringan investasi, memperluas pasar ekspor, serta membuka aliran transfer teknologi dari negara-negara maju dalam BRICS, seperti China dan India.

Namun, peluang ini tidak datang tanpa tantangan. BRICS adalah aliansi yang terdiri dari negara-negara dengan latar belakang ekonomi dan politik yang sangat beragam. Perbedaan visi dan kepentingan antar anggota dapat menjadi penghambat dalam mencapai kesepakatan yang menguntungkan seluruh pihak. 

Tantangan dalam Bergabungnya Indonesia ke BRICS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun