***
*Kriiing!!
Kembali ke ruang kelas, waktu istirahat akhirnya datang. Para siswa berbondong-bondong mengumpulkan lembar jawabannya kepada guru di depan kelas.
Seperti biasa Raisya langsung pergi meninggalkan kelas tanpa berbicara sepatah katapun. Mira langsung mengeluarkan smartphonenya dan mencari sebuah artikel. Mira terpikirkan untuk membalaskan dendamnya kepada Raisya atas apa yang pernah ia lakukan kepadanya. Ia langsung menuliskan idenya kedalam buku catatan miliknya.
Beberapa hari kemudian, artikel itu ramai dibicarakan di kalangan teman-temannya. Sebuah artikel yang ditulis oleh "anonim" yang isinya menjelek-jelekkan Raisya, termasuk komentar-komentar pedas yang ditulis oleh "anonim" lainnya. Raisya yang baru saja mengetahuinya langsung terkejut. Ia membela dirinya sendiri bahwa dia tidak pernah bertindah seperti itu.
Teman-temannya tentu percaya, kecuali seseorang. Ia justru malah memprovokasinya. "Memangnya benar kamu ga kaya gitu Raisya?"
"T-tentu saja! Apa kalian tidak melihat bagaimana caraku memperlakukan kalian?" Bela Raisya. Sebagian besar temannya tentu pasti mendukung dirinya, namun perdebatan masih belum selesai.
"Oh iya kah? Coba kita tanyakan ke Mira. Dia kan dulu teman satu SMP mu." Ujarnya lagi.
 Ia mendekati mejaku dan berkata, "Mira, benar kan dulu kamu satu SMP sama dia?" tanyanya.
Aku hanya mengangguk. Ia bertanya lagi "apakah kamu tau tentang artikel yang menjelek-jelekkan Raisya?"
Aku mengangguk kembali. Ia kembali bertanya "jadi, apakah menurutmu apakah artikel itu benar apa adanya? Atau cuma mengada-ada?"
Aku diam sejenak. Perlahan aku menatap Raisya, wajahnya merah padam menahan amarah yang sudah meluap-luap. Perlahan tapi pasti, aku pun menjawab pertanyaan itu. "Ya. Sudah ada banyak saksi mata lainnya selain diriku. Kita semua disuruh untuk tutup mulut saat SMP dulu."
Semua pandangan menghadap kepada Raisya. Mata mereka menatap tajam seolah meminta penjelasan. Bukannya menanggapi mereka, ia malah membalas "H-hei, lagi pula itu sudah lama kan? Kita bisa memulai dari awal dan melupakan semua itu, kan?" Raisya berjalan mendekat, gerakannya menandakan bahwa ia akan merangkulku, namun sudah kutepis tangannya terlebih dulu.
"Nah berarti secara ga langsung artikel itu bener dong, Raisya dulunya adalah seorang pembuli?" Ucap seorang itu tadi. Teman-teman yang lainnya langsung berbisik-bisik. Raisya kalah telak. Kini ia akan dijauhi dan menjadi sendirian.
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI