Aku diam sejenak. Perlahan aku menatap Raisya, wajahnya merah padam menahan amarah yang sudah meluap-luap. Perlahan tapi pasti, aku pun menjawab pertanyaan itu. "Ya. Sudah ada banyak saksi mata lainnya selain diriku. Kita semua disuruh untuk tutup mulut saat SMP dulu."
Semua pandangan menghadap kepada Raisya. Mata mereka menatap tajam seolah meminta penjelasan. Bukannya menanggapi mereka, ia malah membalas "H-hei, lagi pula itu sudah lama kan? Kita bisa memulai dari awal dan melupakan semua itu, kan?" Raisya berjalan mendekat, gerakannya menandakan bahwa ia akan merangkulku, namun sudah kutepis tangannya terlebih dulu.
"Nah berarti secara ga langsung artikel itu bener dong, Raisya dulunya adalah seorang pembuli?" Ucap seorang itu tadi. Teman-teman yang lainnya langsung berbisik-bisik. Raisya kalah telak. Kini ia akan dijauhi dan menjadi sendirian.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H