hadirmu yang kunanti tak lagi bersama janji..
menimba sumur tanpa isi,
rindu terbang begitu tinggi,
tak sanggup untuk kembali,
disini ada sungai panjang tanpa muara,
ada riak air tanpa suara,
begitu tenag,
semu menjadi nyata yang hilang,
daun-daun kering hanyut begitu dalam,
berguguran ketika musim menjemput kelam,
tak sekali ia terjatuh,
begitu sering bahkan lupa apa itu rapuh,
memaknai setiap sel pencipta rasa,
dari tangis pipi yang merona,
disan ada cerita,
sayang hanya seorang yang menjadi pemeran utama,
waktu berputar untuk hilang,
ketika tamu istimewa datang,
aku pinta sedikit jeda,
sedikit saja untuk meredam berita.
biarkan aku menjadi pembeda,
yang tertipu karena rekayasa rasa,
aku bisa hilang kala siang,
tanpa perlu menanti petang.
aku biarkan sakit menuntunku begitu jauh,
walau hujan darah aku tak akan berteduh,
aku ingin menjauh,
sampai hilang semua keluh kesah
sebab untuk apa aku dekat.
bila ita hanya sepasang tali yang tak terikat,
sepasang kertas perekat,
dua hati dengan satu yang berusaha melekat,
begitu menyayat dan tidak pernah sanggup untuk aku rawat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H