Mohon tunggu...
Charindra AliyaMaharani
Charindra AliyaMaharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kuliah

Hobi berenang

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Penerapan Pancasila dalam Olahraga

11 Oktober 2024   08:09 Diperbarui: 11 Oktober 2024   08:19 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

PENERAPAN PANCASILA DALAM                           OLAHRAGA

Disusun oleh: Charindra Aliya Maharani 

Mahasiswa S1 Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta 

ABSTRAK

Indonesia merupakan bangsa yang memiliki karakter yang mulia dan bermartabat, hal ini ditunjukan dengan perilaku dan perbuatan yang berpedoman dengan agama yang sesuai keyakinan masing-masing. Sehingga warga negara Indonesia dapat menerapkan nilai-nilai luhur bangsa yang tercantum dalam pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah memaparkan mengenai membentuk karakter peserta olahraga dengan pancasila. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik survey literatur. Teknik pengumpulan data yang bersumber dari jurnal, artikel, internet, dan buku yang lainnya. Hasil dari pengkajian menunjukan bahwa peserta olahraga sebegai generasi muda harus memiliki karakter yang menjunjung tinggi martabat negara Indonesia, ketika generasi muda kekurangan karakter maka bangsa tersebut akan kehilangan martabat.

ABSTRACT

Indonesia is a nation that has a noble and dignified character, this is shown by behavior and deeds that are guided by religion in accordance with their respective beliefs. So that Indonesian citizens can apply the noble values of the nation stated in Pancasila in their daily lives. The purpose of this research is to explain about shaping the character of sports participants with Pancasila. The research method used is descriptive qualitative research with literature survey techniques. Data collection techniques sourced from journals, articles, the internet, and other books. The results of the study show that sports participants as the younger generation must have a character that upholds the dignity of the Indonesian state, when the young generation lacks character, the nation will lose its dignity.

     PENGERTIAN

Pancasila adalah ideologi dasar Negara yang telah dianggap sebagai asas untuk membangun budaya bangsa. Hal ini juga merupakan panduan bagi para pelaku olahraga di Indonesia. Dengan semangat persatuan dan kesatuan Pancasila, para pelaku olahraga dapat berpartisipasi dan menegakkan nilai-nilai positif dalam kehidupan bersama.

Pancasila menekankan kesetaraan dan kesetujuan, yang menjadi landasan untuk pembentukan komunitas olahraga yang ramah dan berkeadilan. Dengan mengikuti prinsip-prinsip Pancasila, setiap pelaku olahraga dapat berkontribusi untuk menciptakan lingkungan olahraga yang sehat dan aman. Selain itu, masyarakat juga akan menjadi lebih sadar akan pentingnya promosi olahraga dan perlindungan pemain olahraga dari tindakan yang melanggar aturan.

Kepatuhan terhadap Pancasila juga dapat membantu pembangunan masyarakat olahraga yang kuat. Dengan mengikuti nilai-nilai Pancasila, para pelaku olahraga dapat menciptakan rasa kebersamaan, kejujuran, dan kerjasama dalam setiap komunitas olahraga. Hal ini akan membantu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam olahraga, sehingga masyarakat menjadi lebih aktif dan meningkatkan kesehatan mereka.

Jadi, Pancasila memiliki peran yang sangat penting dalam bidang olahraga Indonesia. Dengan mengikuti prinsip-prinsip Pancasila, para pelaku olahraga dapat membangun komunitas olahraga yang aman dan berkeadilan. Dengan demikian, masyarakat akan lebih sadar akan pentingnya partisipasi dalam olahraga, sehingga masyarakat akan lebih sehat dan aktif.

Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, merupakan pedoman utama dalam segala aspek kehidupan bangsa, termasuk dalam bidang pendidikan. Dalam pendidikan olahraga, penerapan nilai-nilai Pancasila memiliki peran strategis dalam membentuk karakter peserta didik. Olahraga tidak hanya menjadi sarana untuk menjaga kebugaran fisik, tetapi juga sebagai media untuk menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila.

Pendidikan olahraga menjadi lebih bermakna ketika nilai-nilai Pancasila dijadikan landasan, karena tidak hanya berfokus pada aspek fisik, tetapi juga pengembangan moral, etika, dan kebersamaan. Berikut ini adalah implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan olahraga:

1. Sila Pertama: Ketuhanan yang Maha Esa

Olahraga di sekolah bisa menjadi salah satu cara untuk menginternalisasikan nilai spiritual dan keagamaan. Dalam kegiatan olahraga, para siswa diajarkan untuk tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan integritas, karena di dalamnya terdapat sportivitas yang selaras dengan ajaran agama. Setiap individu dalam olahraga diharapkan untuk bersikap jujur dan adil, menghormati lawan, dan tidak terlibat dalam tindakan curang yang bertentangan dengan ajaran agama.

2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila ini menekankan pentingnya menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam olahraga. Dalam kegiatan olahraga, para siswa didorong untuk menghormati satu sama lain, baik teman satu tim maupun lawan. Sikap menghormati dan memperlakukan semua orang dengan adil, tanpa memandang latar belakang, adalah bentuk nyata dari penerapan Sila Kedua dalam olahraga. Prinsip "fair play" menjadi cerminan utama dari nilai ini.

3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

Olahraga memiliki kekuatan untuk mempersatukan masyarakat. Dalam konteks pendidikan, kegiatan olahraga di sekolah mendorong siswa dari berbagai latar belakang untuk bekerja sama sebagai satu tim. Siswa diajarkan bahwa keberhasilan tim adalah hasil kerja sama, bukan usaha individu semata. Semangat persatuan dalam tim olahraga mencerminkan Sila Ketiga, di mana kerjasama dan persaudaraan menjadi kunci keberhasilan.

4. Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Dalam olahraga, keputusan-keputusan penting biasanya dibuat melalui diskusi dan kesepakatan tim. Setiap anggota tim berhak memberikan pendapatnya, dan keputusan diambil melalui musyawarah. Sikap saling menghormati dan menghargai pendapat dalam tim adalah cerminan dari penerapan Sila Keempat dalam pendidikan olahraga. Proses ini mengajarkan kepada siswa untuk tidak bersikap otoriter dan selalu mendengarkan pendapat orang lain.

5. Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Olahraga mengajarkan tentang keadilan, di mana setiap individu berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan berkembang. Dalam pendidikan olahraga, semua siswa, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi, berhak untuk ikut serta dalam kegiatan olahraga dan mendapatkan fasilitas yang sama. Sila Kelima mendorong terciptanya kesetaraan dalam kesempatan berprestasi, dan memastikan tidak ada diskriminasi dalam olahraga.

Selain sebagai penerapan di Pendidikan olahraga Pancasila juga memiliki penerapan di beberapa cabang olahraga tentunya di cabang olahraga yang beregu. Olahraga merupakan salah satu medium efektif untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila, seperti keadilan, persatuan, dan sportivitas. Berikut ini adalah beberapa contoh cabang olahraga yang menerapkan Pancasila:

1.Sepak bola.

Sila ke-1: Ketuhanan yang Maha Esa - Pemain dan pelatih sepak bola sering kali memulai dan mengakhiri pertandingan dengan berdoa, menunjukkan rasa syukur dan penghormatan kepada Tuhan.

Sila ke-2: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab - Di dalam sepak bola, semua pemain memiliki hak yang sama dan dihormati, baik dari tim lawan maupun satu tim.

Sila ke-3: Persatuan Indonesia - Sepak bola kerap menjadi alat pemersatu bangsa, seperti terlihat dalam kompetisi antar daerah atau nasional.

Sila ke-4: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan - Di dalam tim, keputusan penting seringkali diambil melalui diskusi bersama antara pelatih dan pemain.

Sila ke-5: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia - Wasit dan ofisial berusaha memberikan keputusan yang adil tanpa memihak, sehingga seluruh peserta merasa diperlakukan dengan adil.

2.Basket.

Sila ke-1: Ketuhanan yang Maha Esa - Para pemain sering memulai atau mengakhiri pertandingan dengan berdoa, baik secara individu maupun tim, menunjukkan pengakuan terhadap kekuasaan Tuhan. Doa bersama ini menunjukkan bahwa mereka mengandalkan usaha sekaligus memohon perlindungan dan keberkahan.

Sila ke-2: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab - Dalam permainan basket, sportivitas sangat ditekankan. Setiap pemain harus menghormati pemain lain, baik kawan maupun lawan, serta wasit. Tidak ada kekerasan atau tindakan curang yang diperbolehkan. Semua pemain memiliki hak yang sama dan diperlakukan dengan adil selama pertandingan.

Sila ke-3: Persatuan Indonesia - Basket adalah olahraga tim yang membutuhkan kerjasama dan sinergi antara para pemain. Kerjasama di lapangan memperkuat rasa persatuan dan kesatuan, baik di dalam tim maupun dengan pemain dari berbagai latar belakang. Turnamen basket nasional dan internasional juga membantu mempererat hubungan antar daerah dan bangsa.

Sila ke-4: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan - Keputusan-keputusan strategis dalam tim, seperti formasi permainan atau pergantian pemain, sering diambil melalui diskusi dan musyawarah antara pelatih dan pemain. Ini mencerminkan semangat musyawarah dalam mencapai tujuan bersama.

Sila ke-5: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia - Dalam permainan basket, aturan dan regulasi diterapkan secara adil tanpa memandang status sosial atau latar belakang pemain. Wasit menjalankan tugasnya dengan jujur dan tanpa memihak, memastikan bahwa setiap pemain diperlakukan dengan adil.

3.Bulu Tangkis.

Sila ke-1: Ketuhanan Yang Maha Esa - Para pemain bulu tangkis menunjukkan rasa syukur dan keimanan terhadap Tuhan dalam setiap kemenangan maupun kekalahan. Sebelum dan sesudah pertandingan, seringkali pemain melakukan doa sebagai wujud penghargaan kepada Tuhan.

Sila ke-2: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab - Dalam permainan bulu tangkis, semua pemain memiliki hak yang sama untuk bermain dengan sportif. Tidak peduli dari mana asal, agama, atau latar belakang sosial mereka, semua diperlakukan dengan adil dan saling menghargai. Kemanusiaan juga tercermin dari dukungan terhadap rekan satu tim maupun lawan dengan tetap menjaga sikap profesional dan sportif.

Sila ke-3: Persatuan Indonesia - Bulu tangkis sering menjadi salah satu alat pemersatu bangsa. Ketika ada turnamen nasional atau internasional, masyarakat Indonesia bersatu mendukung atlet-atlet yang mewakili negara. Di level klub atau komunitas, olahraga ini juga memupuk rasa persatuan di antara anggotanya.

Sila ke-4: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan - Dalam organisasi bulu tangkis, seperti PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia), pengambilan keputusan dilakukan melalui musyawarah, baik dalam menentukan kebijakan organisasi maupun dalam memilih pemain yang akan mewakili Indonesia di kompetisi internasional.

Sila ke-5: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia - Olahraga bulu tangkis memberi kesempatan yang sama kepada setiap individu untuk berprestasi tanpa memandang latar belakang ekonomi atau sosial. Melalui pembinaan yang merata di berbagai daerah, setiap orang berhak untuk mengembangkan potensi mereka dalam bulu tangkis dan meraih kesuksesan.

Kesimpulan

Penerapan Pancasila dalam pendidikan olahraga tidak hanya membangun generasi yang sehat secara fisik, tetapi juga memperkuat karakter kebangsaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur. Nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan olahraga akan membentuk siswa menjadi pribadi yang sportif, adil, dan berjiwa persatuan. Dengan demikian, olahraga menjadi sarana efektif dalam membangun moral dan kepribadian yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila. Pancasila memberikan fondasi yang kuat dalam pendidikan olahraga di Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila membantu membentuk generasi muda yang tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan bermoral. Melalui penerapan nilai-nilai Pancasila, pendidikan olahraga dapat menjadi sarana untuk membangun bangsa yang sportif, adil, dan bersatu.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Z. (2020). Pendidikan Karakter dalam Olahraga. Yogyakarta: Andi Offset.

Gunawan, I. (2015). Implementasi Pancasila dalam Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Kencana.

Hadi, S. (2018). Pendidikan Jasmani dan Pancasila: Membangun Karakter Bangsa Melalui Olahraga. Bandung: Alfabeta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Setiawan, H. (2021). Olahraga Sebagai Sarana Pembangunan Karakter Berbasis Pancasila. Surabaya: Graha Ilmu.

Soerjanto Poespowardojo, "Filsafat Pancasila", Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Setiadi, Elifas. "Nilai-nilai Pancasila dalam Pendidikan Olahraga", Jakarta: Rajawali Pers, 2018.

Mulyana, Dedi. "Budaya dalam Olahraga: Sebuah Pendekatan Filosofis", Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017.

Nasrullah, "Penerapan Nilai Pancasila dalam Olahraga", Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, Vol. 12, No. 2, 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun